Sabtu, 26 Juli 2014

Mengajak mereka peduli...

oleh Maimon Herawati

Anak-anak lumayan sering komen. Di komplek ini, kami keluarga paling miskin. Tidak punya mobil, motor. Tidak punya tivi. (hihihi) Ke mana-mana jalan kaki dan meng-angkot. Kalau capek atau bawa bawaan banyak, baru meng-ojeg.
Ini pilihan sadar suami dan saya dengan berbagai pertimbangan.
Ada tiga masa rutin di mana kami melibatkan anak-anak untuk berbagi. Awal Ramadhan. Menjelang Lebaran, dan Idul Adha. Paket sembako, paket sirop, paket daging dsb.
Kami ingin anak-anak melihat, di sekeliling mereka banyak yang jauuuuh lebih sederhana. Rumah dengan bilik bambu, berlantai sebagiannya tanah. Mereka suka dan menikmati sekali, walau artinya harus jalan kaki keliling desa membawa plastik isi sembako.
Tadi sore adalah masa pembagian sebelum lebaran. Jika paket sembako isinya minyak, tepung, mie, teh, dua macam gula, dan kecap; paket lebaran sekedar sirop marjan.
Membelinya juga ke Griya terdekat. Yang dibawa belanja yang paling kuat jadi kuli angkat (Bang Arik). Pulang dengan angkot dan ojeg. Saya sendiri pulang jalan dari jalan raya ke komplek karena sekalian membagikan sebagian sirop. Pada dua pedagang bergerobak di pinggir jalan. Kepada tetangga yang tak jauh dari rumah.
Berapa sih harga sirop? Hanya 15 ribu. Tapi ikatan hati yang terjalin darinya, luar biasa.
Wafa dan Ibrahim menemani membagikan sirop itu, sementara Arik istirahat setelah menguli Saat saya bimbang antara meneruskan pembagian, atau menyiapkan menu berbuka (sekedar menuangkan cendol Elizabeth ke wadah2), Wafa sigap mengambil alih urusan percendolan, sementara saya kembali menuruni jalan dari rumah di atas bukit ke arah perumahan penduduk desa.
Mengajak mereka sadar bahwa walaupun tanpa mobil, motor, ataupun tivi, mereka jauh lebih beruntung karena masih berlindung di dalam rumah yang nyaman, nonton di komputer, membaca buku yang bagus-bagus.
Sekaligus juga penyadaran, apa-apa yang kita berikan, akan selalu dikembalikan Allah dengan berbagai cara.
Belum selesai membagikan sirop, jelang berbuka, Allah datangkan tukang pos membawa paket...
Padahal sudah tidak jam kerja...(Sayang Pak, kasihan jika paketnya tidak segera disampaikan...sambil jalan pulang)....
Paket mukena baru dan majalah dari Majalah Nur Hidayah.

Selalu ada caraNYA memudahkan kita....selalu....pasti....
Dan saya ingin anak-anak selalu bersyukur akan apapun yang Allah berikan untuk kehidupannya....


Sederhana,,, tapi penuh makna... wuahh.... belajar dari kehidupanku yang semuanya terfasilitasi tapi tidak juga.. mama selalu mengajarkan kami untuk hidup sederhana... ya sederhana... dari kami yang terbiasa untuk naik angkot saat semua kendaraan tak ada dirumah... (itu mah karena terpaksa... hahaha... -_-")... kami tidak diajarkan mama untuk berlebihan mengunakan fasilitas negara,... Dulu, walau ada mobil plat merah nongkrong dihalaman rumah dan supir siap mengantar kami untuk pulang ke sungailiat mama memilih mengajak kami naik bis untuk pulang cz kata mama.. "ga ada ayah, itu bukan hak utuh kita...".

Mama tidak mengajarkan kami untuk membeli barang-barang mewah atau ganti2 gadget terbaru.... kata mama dari pada beli gituan mending banyak berbagi ke orang lain... ehmmm.... mama.... begitupun urusan rumah... alhamdulilah Allah menganugerahkan rumah orang tua saya cukup luas dengan halaman yang luas... penghuni asli rumah ini baru berlima yang sering menghuninya cuma bertiga plus peliharaan kami yang cukup banyak... kadang kami berbagi tugas tapi terkadang saya yang paling muda... pekerjaan banyak ke saya -_-"... terkadang saya kewalahan... huhu.... sempat terlontar dari mulut saya... "mama, kita cari pembantu aja yuk...." apa jawaban mamaku... "yuk, anaknya Rasulullah... fatimah pun ga ada pembantunya... padahal dia anak Rasulullah..." hikshikshiks... saya diam sambil nyeringai gjgi.... dibandingin dengan fatimah saya mati kuttu lah..... -_-"..... 

Mama.... inspirasiku.... sayang mama.... :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar