Selasa, 30 April 2013

Bismillah,
Pagi ceria... Memulai pagi ini dengan segala kebaikan... karena suatu kebaikan akan memanggil kebaikan yang lain, jadi harus memperbanyak berbuat kebaikan sejak awal hari.. hohoho.. Salah satunya nulis.. loh hehe 
Apakabar iman ?
Apakabar hati ?
Apakabar jiwa ?
Apakabar fisik ?
Apakabar kamu yang membaca tulisan ini ? ^_^

Semoga kalimat Syukur atas nikmatnya selalu ada pada hati, lisan dan tindakan kita, karena janjiNya saat kita bersyukur akan bertambah nikmatNya bila kita kufur adzabNya sangat pedih.

Wuahhh, setelah lama ga nge youtube.. tadi malam ngebuka juga cz dulu-dulu kan kosan bisa wi-fi dan kalau buka youtube enak tuh bebas kalau sekarang pake modem tiba-tiba saya ketakutan kalau buka youtube kuotanya habis.. lebay ya,, haha... Beberapa yang saya buka dari pidato presiden pks Anis Matta pada rapimnas pks di Semarang kemaren sampai melihat aksi konyol Raditya Dika di malam minggu miko.. jomplang banget ya.. haha

ahhh, air mata tumpah dan hati basah.. Cinta, kerja dan harmoni menciptakan sepenggal surga Firdaus di Indonesia.. Wuahhh,,,, jadi kebayang lagi nih... bila sepenggal surga Firdaus Indonesia adalah kepingan puzzel maka bagian saya membentuk sepenggal firdaus itu di Babel.. wuahhh akankah, jadi ingat kata mama "saat niat kita baik yuk, Allah yang akan membantu dan memberi petunjukan pada kita serta alam yang akan berhimpun membantu mimpi-mimpi kita... " .. aamiin... :')

Udah... cup..cup..cup... kalau malam minggu miko beda lagi.. tumben tuh komedi kali ini bijak... ada kata-kata bijak diakhir ceritanya " gue belajar dari malam-malam minggu gw..  terkadang saat kita harus mendengarkan kata-kata orang lain kita juga harus tau apa yang kita butuh, dan terkadang kita ga sehebat yang kita fikir dan itu ga pa2 dan gw belajar kita ga harus tau orang lain butuh kita atau ga tapi yang penting kita ada untuk mereka dan dari malam-malam minggu ini gw belajar untuk tidak berhenti berharap karena gw yakin suatu saat nanti ada seseorang yang terbaik untuk hidup gw".

Okeh deh... bersiap untuk bertemu dosen tercinta... wuuaahhhh... Semangat sampai Jannah \^_^/


Jangan tebeng Kayu Seruk Tu

Biak lah nya besak, biaklah tinggi
Biaklah
Sampai mentari ketutup kayu tu
Kayak urang yang idup dak ingen mati
Meski lah lama iduk dari jaman e akek antak
Yang kadang malah lupak kek kabar e pahlawan 12
Jauh tebuang di piker e urang-urang yang lupak sejarah
Lupak dimane kaki e bepijek dimane matan e ngeliet

Lietlah
Ade kerengge yang muet sangker dibateng seruk to biak dak pindah
Muet istana besak kayak istana e raje Sriwijaya
Penoh kek kerukunan idup didalem e
Sampai murai-murai mulai ngerusuh sangker e
Rusak tros buet agik ngulang dari awal
Kayak dak pernah nyerah bai

Ade ge untuk kelak
Kelak Pacak ningok puteh kembang e pas bebunge
Atau mirah daun mudek e pas musem ujan
Sampai kayak bunge mawar yang mirah merekah

Pacak untuk ku naek ningok kapal liwat
Ngintai burung murai
Ngambik anek kerengge e untuk umpan mancing

Atau malah
Kite liet kayu seruk to
Kuat untuk Kasau umah
Idup di tanah-tanah yang dak subur
Tapi
Gatel kulit e kalok kenak badan
Berat batang e untuk dipikul
Keras kayu e men dipaku

Sampai dak de arti e sama sekali untuk kite
Pas dunia ne lah jauh dari badan
Atau masa yang buet kite dak pacak ningok e

Sumber :
http://puisibangka.blogspot.com/2009/12/jangen-tebeng-kayu-seruk-tu.html

Lagi iseng-iseng merambah dunia google puisi bangka, ada beberapa puisi lucu.. kadang beberapa kata yang tidak saya mengerti artinya.. dari beberapa puisi yang saya baca,  puisi ini yang terpilih untuk di publish di blog saya...  lagi iseng aza.. hehehe...  ^_~

Rahmah El Yunusiyyah, Mujahidah tanpa Emansipasi

Di antara para pahlawan Nasional, terdapat sederet nama-nama wanita dari berbagai daerah dan beragam cara berjuangnya. Kalau Cut Nyak Dien dan Keumalahayati berjuang dengan mengangkat senjata tanpa mendirikan sekolah, sementara Dewi Sartika berjuang dengan mendirikan sekolah tanpa mengangkat senjata. Tapi selain mereka, lihatlah Rahmah El Yunusiyah, yang berjuang dengan mendirikan sekolah sekaligus mengangkat senjata. Dan ia pertaruhkan seluruh jiwa raganya demi agama.

Jilbabnya yang panjang nan lebar melebihi dada selalu dikenakannya, memperlihatkan didikan dan penanaman agama yang sangat kuat pada dirinya.

“Kalau saya tidak mulai dari sekarang, maka kaum saya akan tetap terbelakang. Saya harus mulai, dan saya yakin akan banyak pengorbanan dituntut dari diri saya”, kata Rahmah El Yunusiyah suatu hari bertekad.

Ia merasa gelisah ketika melihat perempuan di daerahnya belum mendapatkan pendidikan yang sama seperti yang didapatkan laki-laki, utamanya pendidikan agama. Padahal Islam sendiri tidak pernah membatasi perempuan untuk menuntut ilmu. Ia gelisah, karena kaumnya masih terjerat dengan kebodohan dan ia ingin mengeluarkan kaumnya dari jerat kebodohan melalui pendidikan. Rahmah sadar benar bahwa hanya dengan pendidikan lah, ia bisa memajukan kaumnya dan bisa mengeluarkan kaumnya dari ketertinggalan.

Pelopor Pendidikan Perempuan

Rahmah El Yunusiyah lahir pada tanggal 1 Rajab 1318 Hijriyah atau 20 Desember 1900. Bukit Surungan, Padang Panjang menjadi saksi bahwa dari sanalah calon Mujahidah lahir dan tumbuh. Anak bungsu dari lima bersaudara ini terlahir dari seorang Ayah yang bekerja sebagai Hakim dan ahli Ilmu Falak (astronomi) bernama Muhammad Yunus bin Imanuddin dengan seorang ibu bernama Rafi’ah.

Rahmah kecil telah mendapat pendidikan formal sekolah dasar selama tiga tahun di kota kelahirannya, Padang Panjang. Saat ia berusia 15 tahun, pendidikan bahasa Arab dan Latin ia dapatkan dari Diniyah School (1915) dan dari kedua kakaknya, Zaenuddin Labay dan Muhammad Rasyid. Setiap sore, Rahmah remaja rutin mengaji pada Haji Abdul Karim Amrullah yang merupakan ayah dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau HAMKA di surau Jembatan Besi, Padang Panjang.

Saat berumur 23 tahun, Rahmah nampak sempurna dan begitu istimewa untuk ukuran perempuan seusianya. Keinginan besarnya untuk memajukan keilmuan kaumnya dan mengeluarkan kaumnya dari kebodohan begitu bergelora. Karena bagi Rahmah sendiri, perempuan memiliki peran yang penting dalam kehidupan, utamanya dalam rumah tangga. Karena rumah tangga adalah bagian dari tiang masyarakat dan masyarakat adalah tiang negara. Tentulah ia tidak mau, kaumnya yang mempunyai peran penting dalam tiang negara dan pendidikan anak-anaknya tertinggal dari laki-laki.

Akhirnya pada tanggal 01 November 1923, Rahmah dengan dukungan dari kakaknya, Zaenuddin Labay dan teman-teman perempuannya di PMDS (Persatuan Murid-murid Diniyyah School) memutuskan untuk mendirikan sekolah khusus Perempuan yang dinamai Diniyah School Putri atau Madrasah Diniyah li al-Banat yang bertempat di Masjid Pasar Usang.

Saat itu, muridnya masih berjumlah 71 orang dan terdiri dari ibu-ibu muda, termasuk putri dari Teungku Panglima Polim dan Hajjah Rangkayo Rasuna Said. Pelajaran yang ajarkan yaitu ilmu agama dan tata bahasa Arab, namun belakangan sekolah ini menerapkan pendidikan modern dengan menggabungkan pendidikan agama, pendidikan sekuler dan pendidikan keterampilan.

“Diniyah School Puteri ini selalu akan mengikhtiarkan penerangan agama dan meluaskan kemajuannya kepada perempuan-perempuan yang selama ini susah mendapatkan penerangan agama Islam dengan secukupnya daripada kaum Lelaki…, Inilah yang menyebabkan terjauhnya penerangan perempuan Islam daripada penerangan agamanya sehingga menjadikan kaum perempuan itu rendam karam ke dalam kejahilan”, kata Rahmah.

Tiga tahun kemudian, gempa hebat mengguncang Sumatera Barat pada tahun 1926, bangunan sekolah dan asrama yang baru ia rintis luluh lantak, meski begitu Rahmah tidak menangis, Rahmah langsung bangkit kembali. Dengan susah payah, ia membangun kembali sekolahnya dengan batangan bambu dua lantai berukuran 12×7 m2 dan menghimpun kembali para muridnya.

Namun, rupanya hal itu tidak cukup, bersama pamannya ia menjelajahi Aceh, Sumatera Utara hingga menyebrangi selat malaka untuk mencari bantuan dana ke Malaysia. Ternyata usahanya tidak sia-sia, Rahmah berhasil mengumpulkan dana yang cukup besar, yaitu sekitar 1569 gulden.
Kiprahnya dalam memajukan pendidikan bagi perempuan, tidak hanya membangun Diniyyah Putri School, tapi Rahmah juga mempelopori sekolah khusus perempuan.

Pada tahun 1955, Rektor Universitas Al Azhar Kairo, Syaikh Abdurrahman Taj berkunjung ke Diniyyah Putri School, ia tertarik dengan sistem pembelajaran khusus yang ada di sekolah tersebut. Dari sana, ia menimba pengalaman dari sekolah yang didirikan oleh Rahmah. Tidak lama setelah kunjungan tersebut, kampus Islam tertua di dunia itu membuka pendidikan khusus Perempuan yang bernama kulliyyât al-banât. Waktu itu memang, Al Azhar belum memiliki sekolah pendidikan khusus perempuan.

Dari rektor Al Azhar ini pula, pada tahun 1957, Rahmah mendapat gelar Syaikhah, gelar istimewa yang diberikan hanya untuk orang-orang yang ahli dalam bidang tertentu dan menguasai khazanah ilmu-ilmu keislaman. Gelar tersebut setara dengan gelar Syaikh Mahmoud Shaltout, yang merupakan mantan Rektor Al Azhar.

Menolak Kesetaraan Gender

Pada saat Rahmah masih hidup, gelombang dan wacana tentang emansipasi dan kesetaraan gender di Barat masih terus berlanjut. Meski demikian hal ini tidak mempengaruhi sikap dan pemikirannya, ia tetap pada fitrahnya sebagai perempuan. Cicit atau keturunan keempat Rahmah, Fauziah Fauzan El Muhammady pun mengakui hal ini.

“Apa pandangan Bunda Rahmah terhadap emansipasi wanita? Mengacu pada surat an-Nahl ayat 97 bahwa barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Jadi bunda Rahmah menganggap tidak ada lagi emansipasi wanita karena Islam sudah memberikan porsi”, kata Fauziah Fauzan, pemimpin Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang.

Meski menentang pembatasan mencari ilmu bagi perempuan, namun Rahmah tidak serta merta menjadi seorang Feminis, hal ini terlihat saat Rahmah mengikuti kongres Kaum Perempuan di Batavia pada tahun 1935, ia mewakili kaum ibu Sumatera Tengah.
Dalam kongres tersebut ia memperjuangkan pemakaian busana perempuan Indonesia yang hendaknya memakai kerudung. Selain itu, dalam kongres tersebut, ia juga berusaha memberikan ciri khas budaya Islam ke dalam kebudayaan Indonesia.

Mujahidah Sejati

Jati dirinya sebagai mujahidah sejati, tetap ia buktikan saat menentang pemerintah Jepang yang kala itu masih menjajah Indonesia, ia dan temannya mendirikan organisasi sosial politik seperti ADI (Anggota Daerah Ibu) Sumatera Tengah, tujuannya untuk menentang pengerahan kaum perempuan Indonesia terutama di Sumatera Tengah sebagai jugun ianfu (perempuan penghibur) tentara Jepang.

Kelompok ini menuntut pemerintah Jepang agar menutup rumah kuning (istilah untuk prostitusi waktu itu) karena tidak sesuai dengan kebudayaan dan agama yang dipeluk oleh bangsa Indonesia. Ternyata tuntutan itu berhasil. Perempuan Indonesia tidak lagi menjadi budak pemuas nafsu seks tentara Jepang. Sebagai gantinya, Jepang mendatangkan perempuan-perempuan dari Singapura dan Korea.

Begitu pun saat masa pemerintahan Soekarno, Rahmah berani dan rela dikucilkan Soekarno, karena menentang kedekatan antara presiden Indonesia pertama ini dengan Komunis. Meski dicap sebagai pemberontak oleh pemerintah pusat saat itu karena bergabung dengan PRRI/PERMESTA, namun Rahmah tidak perduli dan menerima kebencian Soekarno pada dirinya dengan lapang dada.

Tidak cukup berhenti sampai di situ, pada tanggal 12 Oktober 1945, Rahmah mempelopori berdirinya TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang anggotanya berasal dari Gyu Gun Ko En Kai atau Laskar Rakyat. Dapur asrama dan harta miliknya direlakan untuk pembinaan TKR yang rata-rata masih muda usia. Ia tidak hanya terkait dengan BKR, TKR, TRI (kemudian berubah jadi TNI), tetapi juga mengayomi barisan pejuang yang dibentuk organisasi Islam seperti laskar Sabilillah, laskar Hizbullah dan lain-lain. Karena sifatnya yang mengayomi, pemuda-pemuda pejuang kemerdekaan menyebutnya sebagai Bundo Kanduang dari barisan perjuangan.

Pada tahun 1952-1954, Rahmah menjadi anggota Dewan Pimpinan Pusat Masyumi di
Jakarta dan terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sementara untuk periode tahun 1955-1958.

Rahmah menghembuskan nafas terakhirnya pada malam Idul Adha, tanggal 26 Februari 1969. Setidaknya ia telah memberikan kita, kaum perempuan, banyak pelajaran, bahwa menjadi pejuang, menjadi seorang Mujahidah, tidak perlu sampai mengorbankan kewajiban kita sebagai Ibu dan Wanita. Cukuplah Khadijah, Aisyah, Khansa dan Rahmah El Yunusiyah sebagai contoh kita bahwa betapa mulianya tugas kita di hadapan-Nya.

Referensi :
Beberapa bahan diambil dari Keterangan langsung Fauziah Fauzan saat mengisi Seminar Kepahlawanan tanggal 10 November 2012 di Universitas Negeri Jakarta.
Dialog Rahmah diambil dari buku Jajat Burhanuddin, Tentang Perempuan Islam : Wacana dan Gerakan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.
Ahmad Rifa’I, Pahlawan Muslimah tanpa Penghargaan, http://ranahbundo.blogspot.com/
Abdullah Ubaid Matraji, Rahmah El Yunusiyah Pendiri Diniyyah Putri Padang Panjang, http://buyamasoedabidin.blogspot.com/2008/08/rahmah-el-yunusiah-pendiri-diniyah.html
Unknown, http://anaksaleh.com/dunia-islam/70-tokoh-islam-dunia/346-syaikhah-rahmah-el-yunusiah

sumber: thisisgender.com

Senin, 29 April 2013

Kau tau cinta... Bunda mencintaimu,,,
mempersiapkan semuanya atas kehadiranmu nanti...

Maafkan bunda nak, karena ilmu bunda yang sangat sedikit..
Maafkan bunda nak, karena kadang bunda masih malas untuk banyak belajar
Maafkan bunda nak, karena terkadang bunda masih suka jajan sembarangan
Maafkan bunda nak, karena bunda merasa sangat jauh dari bunda peradaban yang akan didikmu nanti...

Anak peradaban bunda, kau telah genggam hati bunda dalam-dalam sebelum kau bersemayam di rahim bunda, sebelum kau terlahir dunia... sebelum kau tumbuh dan tumbuh menjadi insan yang tunduk pada Tuhanmu dan tebar kebermanfaatan bagi sesama...

Allah.. hadirnya adalah rahmat dariMu... Hamba dapat mendidiknya hanya dengan petunjukMu.. Maka jaga hamba Ya Rabb,,, jaga iman hamba, jaga fikir hamba, jaga ahlak hamba, jaga raga hamba, jaga hati hamba.. agar dapat mendidik mereka, generasi yang menegakkan KalimatMu...


Dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka  (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempesatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana (QS Al-Anfal : 63 )

Saya mulai tulisan ini dengan surat tersebut bukan tanpa arti, karena banyak moment yang membuat saya merasakan kedahsyatan hati yang saling berpelukan walau terpisah oleh dimensi ruang, dimensi jarak, kondisi ataupun sekat yang lain.Terasa dekat, sangat dekat... bahkan terkadang saya bisa merasakan sakit yang mereka rasa, tawa haru melihat kebahagiaan mereka atau cemas akan kondisi yang mereka alami.

Satu moment yang ingin saya ikat disini, saya memiliki seorang saudari yang tinggal di pulau kelahiran saya, kami belum pernah bertemu hanya bercengkrama via telepon, sms, atau sosmed facebook.. Suatu kali saya menelponnya kami bercengkrama dengan asiknya, bertukar aktivitas dan tentunya membahas proyek peradaban kami (aamiin, suatu yang besar itu berasal dari yang kecil bukan ? ^_^) lalu aku terdiam sejenak dan berkata padanya "Feb, padahal kita blom pernah bertemu ya... tapi seakan marina dah kenal lama banget sama febrina.." lalu ia timpali "iya, ya seakan dah lama kenal..." ku sambut dengan "Allah yang mempersatukan hati-hati kita feb...".

Allah mempersatukan hati-hati kami dengan indahnya, menaungi kami pada mimpi yang sama dalam membangun tanah kelahiran kami pada khususnya, Indonesia pada umumnya atau bisa lebih lagi. Perasaan tersebut tak hanya kurasakan pada saudariku itu saja tapi pada saudara-saudariku yang lain. Walau hanya dua kali, sekali, atau tak pernah bertatap muka tapi serasa saya telah lama sekali mengenal mereka, rasanya nama-nama mereka tak ingin lepas dari doa-doa saya, rasanya impian saya hidup bersama mereka (ahh... tak terasa mata ini hangat dan bulir-bulir airmata menetes dipipi).

Mengenal mereka adalah anugerah indah yang Allah berikan padaku, sangat indah.. "Allah terima kasih telah mempersatukan hati-hati kami. .... :') "


Jumat, 26 April 2013

Semuanya pun Akan Mati, Mari Buat Indah Dengan Seni Kematian

Oleh : Syeikh hasan Al Banna

Dan sungguh kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmatNya lebih baik dari harta rampasan yang mereka kumpulkan. Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan (QS Ali Imran 157-158)

Kematian adalah seni, terkadang seni yang indah dapat dirasakan meskipun pahit. Bisa jadi ia adalah seni terindah apabila dikreasi oleh tangan tangan yang mahir. Al Quran telah memaparkannya bagi orang orang mukmin dengan pemaparan yang mulia membuat mereka rindu untuk menggapainya, lebih mencintainya dibandingkan orang yang mencintai kehidupan. Setiap orang berbeda memperlakukan apa yang dirindukannya.

Kaum muslimin saat ini, tidak akan menjadi lebih baik dari kondisi sekarang kecuali jika mereka kembali kepada Al Quran tentang masalah kematian, menghadapinya sebagai sebuah seni, bahkan sebagai suatu seni yang sangat indah.

Al Quran memaparkan tentang kematian kepada kaum mukminin sebagai akhir kehidupan yang pendek lagi fana dan melelahkan ini. Kematian menyambut kehidupan yang tenang penuh kebahagiaan,kesejahteraan dan kenikmatan. Didalamnya terdapat apa yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga dan tidak pernah terlintas dalam benak manusia berupa kenikmatan dan kemuliaan. Semua itu disediakan bagi orang yang mengetahui bagaimana berbuat baik dengan ilmunya dalam kehidupan, juga bagi orang yang berbuat baik dalam memilih metode kematian.

Al Quran lalu memaparkan bahwa kematian adalah takdir yang telah ditentukan, lari dan hati hati tidak akan menyelamatkan darinya. Tak seorangpun yang akan dapat lari. Setiap orang akan mati menurut ketentuan Allah yang telah Dia takdirkan. Tetapi mereka semua berbeda cara kematiannya.

Orang orang mukmin generasi pertama telah memahami hakikat seni ini. Mereka mencintai kematian, karena itu mereka dianugrahi kehidupan. Hal ini tercermin dalam ungkapan abadi Abu Bakar Ra, “ Wahai Khalid, bersungguh sungguhlah mencari kematian, niscaya engkau dianugrahi kehidupan.”
Hal ini juga tercermin dalam ungkapan Ali bin Abi Thalib Ra,”Demi Allah, sungguh putra Abu Thalib lebih mencintai kematian dibandingkan bayi yang mencintai susu ibunya.”
Wahai kamum muslimin ! saat ini kalian berada di gerbang tahun baru. Sekiranya anda sambut jiwa jiwa yang berada di antara rusuk anda saat ini, mencintai dunia dan takut mati, lari dari medan jihad, maka anda tidak akan sampai kepada apapun jua.

Sekiranya kalian mengubah jiwa kalian, mengganti sifat pengecut dan lemah yang bercokol di hati kalian, lalu berubah menjadi cinta kematian di jalan kebenaran, menggunakan seni dalam sarana dan metode kematian, maka anda tidak diragukan dapat sampai dengan izin Allah SWT pada kemenangan dunia dan abadi di akherat.

Sumber : http://www.eramuslim.com

Kamis, 25 April 2013

Aku ingin nulis...
tapi bingung mau nulis apa...
Aku ingin nulis...
Adeuhhh.... gini-nih... dari kemaren banyak ide buat tulisan.. tapi susunan katanya hanya ngawang aza dikepala. jadinya gini nih...

Izinkan saya meng-GJ... Wuahhhhhhh.....
Hari ini hari Jumat... hari yang sangat istimewa... Istimewa....  Alhamdulilah...Astagfiruallah....
Ya Allah kuatkan hamba....
Wuahhhhh... TEpok jidat.....

Semua akan baik2 saja... deng-deng....
Nyapu-nyapu, cuci piring.... tugas... tugas....
masak.. gas abiz euy... udah makannya beli aza, gitu aza kok repot...

udah aahhhhh... tulisan ini sangat GJ... jadi mohon maaf...

biar ga GJ amat... kita tutup dengan yang baik...

Dan barangsiapa buta (hatinya) di dunia ini, maka di akherat dia akan buta dan tersesat jauh dari jalan (yang benar) (QS Al Isra : 72)

Semoga kita menjadi manusia yang hatinya tak buta... aamiin...

Senin, 22 April 2013

Tangan di Atas

Album : Album Kompilasi Tangan Di Atas
Munsyid : kang abay
http://liriknasyid.com


Inilah kisah tentang kumpulan cahaya
Yang Membuat hidupku indah, cerah, terasa penuh warna
Membawa pesan mulia bagi semesta
Menuju jalan keberkahan hidup di dunia ini

Tangan diatas pasti lebih baik Dari tangan yang dibawah
Berdoa, berbuat, menebar rahmat
untuk Indonesia

Reff
Tangan Diatas
memberi yang terbaik hidup penuh mimpi-mimpi
Meretas jalan kebaikan MU
penuh cinta
Memberi kelimpahan manfaat bagi semesta
jalan kehidupan sukses mulia

Jalan Perjuangan kita memang tak mudah
Rintangan halangan selalu saja ada dihadapan
tapi bersama kita kan terus melangkah
tetap berbuat penuh keyakinan untuk masa depan

tangan diatas
take double action
menebar rahmat untuk indonesia 
 
( Saya suka lirik nasyid ini, lirik muda mulia juga bagus... lumayan nambah semangat dipagi hari... setiap dengar lirik ini dan muda mulia, saya selalu ingat mimpi-mimpi saya. Semoga bisa dan Allah sebaik-baiknya pembuat rencana... Semangat sampai Jannah \^_^/ )

Arti Wanita

Al Khawarizmi, seorang ahli Matematika Muslim ditanya tentang wanita terbaik … Dia menjawab :

Jika wanita solehah dan beragama = 1

Jika dia cantik, tambah 0 di belakang 1 = 10

Jika dia kaya, tambah lagi 0 = 100

Dan jika dia dari keluarga baik-baik, tambah lagi 0 = 1000

Tetapi jika yang ’1′ tiada. Maka, tiada apa yang tersisa pada wanita tersebut kecuali sekelompok ’0′ belaka.

Cinta di Tolak

 Bila cinta bertepuk sebelah tangan pasti menyakitkan, sedih, patah hati. Kalau bertepuk sebelah tangan sama manusia mah gampang tinggal cari yang lain aza. Tapi kalau Allah yang ga nerima cinta kita? apa mau mencari Tuhan yang lain. Sedihkan... Itulah yang terjadi pada orang arab badui pada zaman Rasulullah, dan terekam dalam firman Allah dalam surat Al Hujurat :

Orang-orang Arab Badui berkata,"Kami telah beriman ." Katakanlah (kepada mereka), "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah kami telah tunduk (Islam), karena iman belum masuk kedalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan RasulNya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Al Hujurat : 14 )

So, tanyakan pada hatimu... Apakah iman sudah tertancap kuat disana? Sejauh mana setiap aktivitas kehidupan ini ditunjukkan untuk beribadah padaNya? Sejauh mana pengorbananmu untuk menegakkan agamaNya? Sejauh mana kebermanfaatanmu terhadap mahlukNya? Dalam Ayat berikutnya Allah berfirman,

Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (Al Hujurat : 15 )

Kembali intropeksi diri?

Minggu, 21 April 2013

Telunjuk Bunda

"Ahhh, aku takut itu telunjuk bunda, bunda jangan marah-marah sama aku.." teriak nia saat ia melihat ada orang yang sedang mengangkat telunjuk. Orang tersebut bukanlah bundanya, tapi nia mengalami pobia dengan telunjuk. Ia akan histeris ketakutan saat melihat orang yang mengangkat telunjuk atau mata yang melotot. Lebih menyedihkan lagi sumber ketakutan itu adalah bundanya.

Ibu mana yang tak menyayangi anak, mencintai, mengasihi.. tapi terkadang kita tak sadar dengan metode yang kita berikan untuk mendidik anak-anak kita. Tak jarang kata-kata keras nan menjatuhkan meluncur dari bibir saat melihat tingkah kreatif anak, tak jarang telunjuk sakti kita menunjuk-nunjuknya saat kita sedang menasehatinya, tak jarang tangan kita mendarat ketubuhnya dalam bentuk cubitan,pukulan... Kita katakan itu pelajaran buat anak kita, tapi tidak bunda itu adalah rekaman trauma yang membekas dihati anak kita, ia tak pernah bercerita tapi itu tersimpan rapi, rapi sekali hingga ada ketakutan dalam diri hal itupun yang akan ia lakukan pada anak-anaknya nanti. Atau ia akan menjelma seperti nia yang ketakutan pada telunjuk bundanya sendiri dan lebih parahnya lagi, ibu bukan sosok malaikat dalam hidupnya tapi monster yang menghalangi gerak langkahnya.



( Apa anak ini nakal bunda? )

 Menurut saya anak ini tidak nakal, dia hanya mengeksplorasi rasa ingin tahunya akan sesuatu. Dia penasaran dengan apa yang dia lihat. Apa rasa ingin tahunya itu nakal? seharusnya bukan kata jangan yang keluar dari bibir kita tapi memberi pemahaman yang mereka lihat itu apa? fungsinya apa? kita lah sebagai tempat pertama yang menjadi sumber jawaban atas apa yang mereka lihat, rasa dan dengarkan.



( Apakah anak ini nakal bunda ? )

Menurut saya tidak bunda, dia hanya menyalurkan imajinasi dan kreatifitasnya. membayangkan menjadi superhero yang ia lihat dilayar kaca.  Anak itu tidak ada tercipta nakal bunda, anak pada fitrahnya suci. bersih. Kitalah yang memiliki tugas untuk mengukirnya, kitalah yang memiliki andil besar membentuk kepribadiannya. Yuk merubah mindset kita dalam mendidik anak? mendidik dengan cinta, kasih, rasa nyaman serta melindungi. Agar anak-anak kita tubuh menjadi anaknya soleh, kuat, cerdas, penyayang dan tubuh dalam dirinya energi positif yang akan menjadikan dia manusia seutuhnya yang akan bermanfaat bagi orang lain terutama menjadi hamba yang taat pada Tuhannya.

Saya mungkin belum menjadi seorang ibu, pengalaman saya mungkin sangatlah sedikit. Tapi dihati saya yang paling dalam, saya ingin yang terbaik untuk anak-anak saya nanti, menjadi tempat pertama ia mengenal Allah,  gudang ilmu tempat mereka bertanya, pelukkan hangat yang melindungi mereka, prilaku yang bisa menjadi contoh, kata bijak yang membangun mereka, koki terbaik yang masakannya tak terlupakan. dan Banyak lagi yang harus saya pelajari.  Setiap mengingat anak-anak saya nanti, betapa rindu ini menyeruak dihati, betapa saya ingin merasakan proses indah bersama mereka.. saat 9bulan mereka bersemayam dirahim dengan segala pola pertumbuhan mereka disana, saat mereka terlahir didunia, saat bulan-bulan pertama ia meghirup udara dunia, saat tahun-tahun pertama ia menginjakan kaki dibumi, saat ia terus tumbuh dan tumbuh bahkan saat proses kehidupannya harus bersama orang lain dan membangun rumah cintanya... Melihat ilmu saya yang masih sedikit saya sering ketakutan,ahhh.... Mungkin membaca teori, atau mendengar terasa mudah tapi pada aplikasinya tidaklah mudah. Perlu energi besar, sabar dan petunjuk dariNya. Ya Rabb, kuserahkan anak-anakku padaMu... Bi A'yunina Wa Wahyina.

Ibu diciptakan sebagai tempat menebar kebaikan dihati-hati anaknya, menebar cinta, menebar kasih, menebar pengalaman untuk kebermanfaatan terutama menebar iman yang kokoh. Ibu, surga itu ditelapak kakimu, maka jangan pernah sia-siakan itu. Cintai itu ada saat kita membersamai orang yang kita cintai, ia tumbuh menjadi diri yang lebih baik,,, karena cinta adalah membangun, membentuk, membersamai dengan semangat bukan mundur, jatuh ataupun luput.



Kata

Kualitas bicara itu sebanding lurus dengan amal yaumi, itu yang saya pahami. Berbicara GJ, berbicara ga bermakna, berbicara ga berbekas, berbicara ga tentu arah, atau berbicara yang tak bermuara pada hikmah. Astagfiruallah..... Akan berbeda, saat tahajud dengan ga tahajud... target tilawah selesai dengan ga selesai... walaupun amalan lainnya dilaksanakan pasti akan berbeda. ehmmm...

Lidah ini dari Allah, suara yang keluar ini karunia Allah.. bahkan pemilihan diksi katapun keluar atas kehendak Allah. Bagaimana kata yang keluar dari bibirku hari ini? Allah,,,, maafkan hamba... Walau seharian tersiram jutaan ilmu tapi ada amalan yang tak terlaksanakan terasa ada yang kurang. Kata yang sudah tersusun diotak melebur dengan diam atau kata tanpa makna yang keluar.

Walau ga semuanya.. tapiiii..... ya gitu deh... tertentu mungkin.. 
kadang ada saatnya kita berbicara keorang lain tata bahas tersusun rapi, lancar, nada suaranya teratur,,, apa yang ingin disampaikan rapi terorganisir....
kadang ada saatnya kita berbicara keorang lain emosi meledak-ledak, bingung ngomong apa, kata membingungkan walau sebelumnya sudah terprogram di otak mau ngomong apa dan tiba-tiba buyar....
kadang ada yang ingin kita sampaikan tak tersampaikan, kadang mau ngomong A terucap B, kadang ada dialog dari diri.. kok tadi saya ngomong gitu ya? padahal saya mau ngomong gini? kadang... jadi berkadang-kadang deh...

Yuppi... berbicara itu tak hanya bermain kata saja tapi  bermain juga dengan emosi.. ehmmmm...

Sabtu, 20 April 2013

Kangen Adlan

Tiba-tiba kangen dia... kangeeen.. kangen liat senyumnya.. tawanya... udah 2 minggu ga ketemu adlan.. ahhh,, cinta,,, 7 bulan lewat 2 minggu usiamu cinta...  Adlan anak soleh,,, pinter.... baik,,, kuat,,,, penyayang... bulan depan kita ketemu ya cinta di pondok kasih seperti biasa.. ahh,,, kangen peluk kamu, mengecup keningmu, celotehan kecilmu, atau tangisan manjamu saat kamu kuletakkan kembali ke box... wuahhh,,,, anak soleh... peluk sayangku dari jauh... ^_^

ehmmm, kalau ketemu bulan depan adlan dah 8 bulan ya... berarti dibulan ke 8 adlan dah bisa,,memutar tubuh, adlan lama-lama bisa mengangkat tubuh dan adlan bisa duduk sendiri cinta,,, ahh semoga pas ante datang kesana adlan lagi semangat belajar duduk dan ante orang pertama liat adlan duduk... kau akan senang berbisik cinta... Ahh, ante lagi liat perkembangan mu di buku Your Baby day by day... jadi inget anak ante nanti.. saat ante bisa melihat perkembangannya dari hari ke hari.. Oya nanti anak ante adiknya adlan juga yo.. ehmmm, walau entah nanti ante masih bisa ketemu adlan atau ga...  hiks

(Jelas ini bukan adlan, karena adlan pria sejati, ceritanya temannya adlan aza deh hehe ^^)

Jumat, 19 April 2013

Nikmatnya sebuah Kematian

Entahlah, apa yang sedang aku fikirkan... Sukses mulia saat aku mati dan bermanfaat untuk orang lain. Rasanya kematian itu begitu dekat sangat dekat. Tapi saat aku melihat kedalam diri apakah aku sanggup menghadapinya? ya, suatu yang nyata sangat nyata dan setiap mahluk pasti merasakannya, mati.

Siapkah aku menjawab pertanyaan mungkar dan nakir? bagaimana kondisi rumah penantianku nanti gelap atau terang? bagaimana saat aku berada di padang mahsyar? catatanku dihantarkan dari kanan atau kiri? bagaimana posisiku nanti bisakah aku bertemu dengan perempuan-perempuan mulia...? sangatlah aku ini bertemu dengan ummul mukminin Khadijah...

Mati itu memang sakit tapi nikmat bila kita berpikir adalah gerbang bertemu dengan Yang Tercinta. Allah hanya dengan RahmatMu.. Hanya dengan petunjukMu.. Jangan biarkan hamba tersesat... Amal-amal hamba tak bisa menganti nikmat yang Kau berikan walau satu bulir airmatapun... Allah...

Aku sedang tidak berputus asa, tapi sedang membayangkan kehidupan abadiku.. kehidupan yang tak hanya sehari dua hari, sebulan dua bulan, setahun bakal puluhan tahun seperti kehidupanku didunia tapi ini kehidupanku yang abadi.. kehidupanku yang kekal..  Kehidupan dimana aku bisa bertemu dengan Rasulullah.. aku bisa bertemu dengan orang-orang beriman yang sama-sama mencintaiNya dan bertemu denganNya...

Ahh, bagaimana kehidupan akheratku? Maaf bila kehidupan duniaku belum sempurna.. maaf bila banyak hati-hati tersakiti karena tidakku,kataku,pikirku.. maaf bila banyak janji yang tak tertunaikan, amanah tak tersampaikan.. maaf.. maaf...

Aku bukanlah Rasulullah yang bersih dari perbuatan dosa bahkan aku tak sekuat Umar bin Khattab yang segera menghisab dirinya saat berbuat dosa... Maaf.. maaf... maaf...

Kamis, 18 April 2013

Maut

Orang soleh bakal mati... Orang kafir bakal mati...
Orang sukses bakal mati... Orang gagal bakal mati...
Orang Kaya bakal mati... Orang miskin bakal mati...
Orang dermawan bakal mati... Orang pelit bakal mati...
Orang baik bakal mati... Orang jahat bakal mati...

Kita pasti mati, mau hidup seribu tahunpun pasti akan merasakan nikmatnya sakaratul maut..Pasti...
Jadi, kita mau gmana? mau Syukur atau Kufur, mau Halal atau Haram, mau Manfaat atau buat kerusakan... Semua pilihan... Semua sudah ada jalan...

Akherat dan dunia itu, ibarat padi dan rumput... saat kita menanam padi pasti akan tumbuh rumput tapi saat kita tanam rumput ga akan tumbuh padi...

( Aku pasti mati,,, waktu berlalu detik, menit, jam, hari dan aku makin mendekati kematian itu... Allah matikan aku pada jalanMu... )

Selasa, 16 April 2013

Maaf, sudah berapa kata maaf yang terucap dibibirku. Mungkin kau lelah dengan harapan yang terus berlalu menyesakkan jiwa. Ya, ku akui ini memang salahku, atas kurang azzam dalam diri menyelesaikan semua ini. Malah ku asik dengan pernak-pernik yang entah bagaimana aku merangkainya. Jujur aku sedang gamang dengan langkahku kedepan, aku terlalu ruwet dengan pikiran masa depan yang terus menahan.

Apakah terlalu tinggi rasaku? hingga segala rasa itu hanya tervisualisasikan dalam khayalku... 
Jendela ku buka, ku coba cerna... ku coba melangkah,,,,,
berpuluh kata setiap menit terlontar dijiwa
membara,..
mengalunkan melodi adakah derita nyala
kurang bersyukurkah...
kutarik ulur diri ini
ataukah terlalu banyak dispensasi..
atau terlalu banyak pemaafan pada diri...

Maaf... Maaf... Maaf...
izinkan aku menangis...
????????????????????????????????????????????????????
????????????????????????????????????????????????????
????????????????????????????????????????????????????
Hati izinkan aku bertanya?
Apakah kau sedang hilang diri?
sedang lari kemanakah dia?
Apakah kau sedang ilang akal?
karna nalarmu seperti meloncat-loncat
berhamburan akan ketidak jelasan...
Apakah kau sedang hilang rasa?
hingga kau tak peka pada suasana
Aku takut lama-lama kau ilang iman?
kutampar kau dalam-dalam bila itu bersemanyam..
Kosong?
kata siapa?
aku masih disini..
ku masih berkebelut dengan diri
berangan akan metamorfosis diri
tapi kadang ku ingin melangkah sejauh-jauhnya..
tapi ku lupa dengan urusan yang kugenggam...
ingat kata Rasulullah "makanlah makanan yang paling dekat..."
begitu juga masalah selesaikan yang paling dekat...
jangan pusing mikirin singa yang jauh disana yang belum tentu menerkammu
tapi perhatikan buaya satu meter darimu yang bersiap menyantap sebagian tubuhmu..
ahhhh, aku....
berkelit.. menanar,,, menangis....
sudah....
cukup.....
bosan........
kataku waktu bagaikan pisau siap menghantammu...
tak ada pilihan kau mau manfaatkannya atau bersiap mati dengannya.
aku terdiam...
selesai...
Allah punya jalan..
aku yang berjalan...

maaf

Bismillah,
mungkin tlah berapa kali hatimu patah?
mungkin sudah berapa kali harapan kosong yang aku berikan?
hingga kau bosan bertanya kapan hari itu...
hari yang membuat satu beban dipundakmu lepas

Maaf, ku ucapkan beribu maaf..
atas segala penundaan yang ada
atas segala kelalaianku
atas segala kemalasanku
atas ketidak fokusanku

Tiada alasan lagi aku harus berkelit
mencari alasan dari beribu bahasa.
ahhh, ingin segera ku akhiri semua ini..
Allah genggam hamba...

 

Bocah Luar Biasa itu Bernama Zhang Da

Seorang anak di China pada 27 Januari 2006 mendapat penghargaan tinggi dari pemerintahnya karena dinyatakan telah melakukan “Perbuatan Luar Biasa”. Diantara 9 orang peraih penghargaan itu, ia merupakan satu-satunya anak kecil yang terpilih dari 1,4 milyar penduduk China.
Yang membuatnya dianggap luar biasa ternyata adalah perhatian dan pengabdian pada ayahnya, senantiasa kerja keras dan pantang menyerah, serta perilaku dan ucapannya yang menimbulkan rasa simpati.
Sejak ia berusia 10 tahun (tahun 2001) anak ini ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah tidak tahan lagi hidup bersama suaminya yang sakit keras dan miskin. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.
Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai.
Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.
Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan Papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.
Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui.
Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan.
Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya.
Hidup seperti ini ia jalani selama 5 tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat. Zhang Da merawat Papanya yang sakit sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya.
Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.
Zhang Da menyuntik sendiri papanya. Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli.
Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi / suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa mampu, ia nekat untuk menyuntik papanya sendiri. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah terampil dan ahli menyuntik.
Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, pembawa acara (MC) bertanya kepadanya,
“Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu? Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah?
Besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir.
Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!”
Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, “Sebut saja, mereka bisa membantumu.”
Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar ia pun menjawab,
“Aku mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama kembalilah!”
Semua yang hadir pun spontan menitikkan air mata karena terharu. Tidak ada yang menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya?
Mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit? Mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, pasti semua akan membantunya.
Mungkin apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku mau Mama kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.
Kisah di atas bukan saja mengharukan namun juga menimbulkan kekaguman. Seorang anak berusia 10 tahun dapat menjalankan tanggung jawab yang berat selama 5 tahun. Kesulitan hidup telah menempa anak tersebut menjadi sosok anak yang tangguh dan pantang menyerah.
Zhang Da boleh dibilang langka karena sangat berbeda dengan anak-anak modern. Saat ini banyak anak yang segala sesuatunya selalu dimudahkan oleh orang tuanya. Karena alasan sayang, orang tua selalu membantu anaknya, meskipun sang anak sudah mampu melakukannya. [inspirasiduniakita/islamedia]
 



Senin, 15 April 2013

Warna Merah Jambu

Lagi iseng buka FB seorang saudari dapat sebuah tulisan , tulisan yang mengekspresikan perasaan akhwat yang terkadang mudah sekali ke GR an. Mungkin karena kuat rasanya, kuat prasangka baiknya, kuat khayalannya,, sehingga membuatnya terjatuh dalam kubangan merah jambu. Takkan saya bilang cinta karena cinta membangun bukan terjatuh. Berikut isi tulisannya :
 
berhati-hatilah saat melewati masa muda penuh warna
oleh Rahma Agustia (Catatan) pada 3 Desember 2011 pukul 19:36
Alkisah...

“Tetap istiqomah, Ukhti… semangat. Semoga Allah menyertai anti.” Sender : Ikhwan +62817xxx


Senyum timbul dari cakrawalanya dengan malu-malu. Serasa ada hangat menyelusup dada dan membuat jantung berdegup lebih cepat. Otaknya pun sekejap bertanya, “Ada apa?”, “Sungguh, bukan apa-apa. Aku hanya senang karena ada saudara yang menyemangatiku.” Si akhwat menyangkal hatinya cepat-cepat. Ia berlari sambil membawa sekeping rasa bahagia membaca sms tadi yang sebagian besar bukan karena isinya, melainkan karena nama pengirimnya.


“Ana lagi di ......., Ukhti. Doakan kami bisa memperjuangkan ini.” Sender : Ikhwan +628179823xxx


Untuk apa dia memberitahukan ini padaku. Bukankah banyak ikhwan atau akhwat lain? Nada protes bergema di benaknya. Tapi di suatu tempat, entah di mana ada derak-derak yang berhembus lalu. Derak samar bangga menjadi perempuan yang terpilih yang di-sms-nya.


Pagi itu, handphone kesayangannya berbunyi. “Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti.”


Dada membuncah hampir meledak bahagia. “Dia bahkan ingat hari lahirku!” Dibacanya dengan berbunga-bunga. Tapi pengirimnya… Sender : Akhwat +6281349696xxx


Senyum tergurat memudar. Tarikan napas panjang. Kecewa, bukan dari dia. Ringtone-nya berbunyi lagi.


“Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti.” Sender : Ikhwan +628179823xxx


Dia! Semburat jingga pagi jadi lebih indah berlipat kali. Senyumnya mengembang lagi. Dan bunga-bunga itu mekar-lah pula.


Cerita di atas tadi selurik gerak hati seorang akhwat di negeri antah berantah yang sangat dekat dengan kita. Gerak hati yang mungkin pernah bersemayam di dada kita juga. Bisa jadi kita mengangguk-angguk tertawa kecil atau berceletuk pelan, “Seperti aku nih,” saat membacanya. Hayo… ngaku! He he…


Mari kita cermati fragmen terakhir dari cerita tadi. Kalimat sms keduanya persis sama, yang intinya mengucapkan dan mendoakan atas hari lahir (mungkin mencontek dari sumber yang sama hehe…). Sms sama tapi berhasil menimbulkan rasa yang jelas berbeda. Karena memang ternyata lebih berarti bagi si akhwat adalah pengirimnya, bukan apa yang dikatakannya.


Namun sebenarnya, apakah Allah membedakan doa laki-laki dan perempuan? Mengapa menjadi lebih bahagia saat si Gagah yang mendoakan?


Konon, cerita tadi terus berlanjut.


Suatu hari yang cerah, sang akhwat mendapat kiriman dari si ikhwan itu. Sebuah kartu biru yang sangat cantik. Tapi sayang, isinya tidak secantik itu. Menghancurkan hati akhwat menjadi berkeping-keping tak berbentuk lagi. Kartu biru itu adalah kartu undangan pernikahan si ikhwan. Dengan akhwat lain, tentu saja. Berbagai Tanya ditelannya. Mengapa dia menikah dengan akhwat lain? Bukankah dia sering mengirim sms padaku? Bukankah dia sering me-miscall ku untuk qiyamull lail? Bukankah dia ingat hari lahirku? Bukankah dia suka padaku? Mengapa…mengapa…


Dan air mata berjatuhan di atas bantal yang diam. Teman, jangan bilang, ya… dia hanya tidak tahu, ikhwan itu juga mengirimkan sms, miscall, mengucapkan selamat hari lahir dan bersikap yang sama ke berpuluh akhwat lainnya!


Ironis. Sedih, tapi menggelikan, menggelikan tapi menyedihkan. Sekarang siapa yang bisa disalahkan? Akhwat memang seyogiyanya menyadari dari awal, sms-sms yang terasa indah itu bukan tanda ikatan yang punya kekuatan apa-apa. Siapa yang menjamin bahwa ikhwan itu ingin menikahinya? Bila ia berharap, maka harapanlah yang akan menyuarakan penderitaan itu lebih nyaring.


Tetapi para ikhwan juga tak bisa lari dari tanggung jawab ini. Allau’alam apapun niatnya, semurni apapun itu, ingatlah, sms melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Putih si pengirim, tak menjamin putihnya juga si penerima. Bisa jadi ia akan berwarna merah muda. Merah muda di suatu tempat di hati atau menjadi rona di pipi yang tak akan bisa disembunyikan di depan Allah.


Bagi perempuan, sms-sms dan bentuk perhatian sejenis dari laki-laki bisa menimbulkan rasa yang sama bentuknya dengan senyuman, dan daya tarik fisik perempuan lainnya bagi laki-laki.


Menimbulkan sensasi yang sama. Ketika perempuan bertanya berbagai masalah pribadinya padamu, seringkali bukan solusi yang ingin dicari utamanya. Melainkan dirimu. Ya, sebenarnya perempuan ingin tahu pendapatmu tentang dia, apakah dirimu memperhatikannya, bagaimana caramu memandang dirinya. Dirimu, dirimu, dan dirimu… dan kami –kaum hawa- sayangnya, juga memiliki percaya diri yang berlebihan, atau bisa dibahasakan lain dengan ‘mudah Ge-Er’. Jadi, tolong hati-hati dengan perhatianmu itu. PIKIRKAN baik-baik . . .


***


Ada saatnya. Ya, ada saatnya nanti handphone kita dihiasi sms-sms romantis. Sms-sms yang walaupun hurufnya berwarna hitam semua, tapi tetap bernadakan merah muda. Untuk seseorang dan dari seseorang yang sudah dihalalkan kita berbagi hidup, dan segala kata cinta di alam semesta.


Cinta yang bermuara pada penciptaNya. Cinta dalam Cinta. Bersabarlah untuk indah itu.


“Ummi, abi lagi ngisi ta’lim di kampus pelangi. Di depan abi ada beribu bidadari-bidadari berjilbab rapi, tapi tak ada yang secantik bidadariku di istana Baiti Jannati. Miss u my sweety.”


“Abi, yang teguh ya, pangeranku…rumah ini terasa gersang tanpa teduh wajahmu. Luv ya”

-------------------

(●̮̮̃•̃) (●̮̮̃•̃)
/█\ ♥/█\ Smile

Perasaan itu fitrah, ga ada yang salah tapi kembali bagaimana kita mengelolahnya. Jangan sampai setan bermain pada gejolak yang ada dan memanahkan beribu bara api ke hati kita. sesuatu yang sederhana menjadi sangat luar biasa. Jangan pernah serahkan cinta sebelum mitsaqan ghalizha itu diazzamkan. Ahhh, Saya bukan orang yang pandai untuk menguraikan cinta..

Minggu, 14 April 2013

Surat Fatimah dari Balik Dinding Penjara Abu Gharib

Dan Nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan? atas segala nikmat yang Allah berikan, nikmat beribadah tanpa ada yang menghalang, nikmat kebebasan, nikmat tersenyum dengan mudahnya, makan dengan nikmatnya, menuntut ilmu dengan segala kemudahan yang ada, dan beribu bahkan jutaan nikmat yang lain yang tak terdokumentasi atas kehilafan diri.

Syukur atas segala nikmat yang ada, bagaimana dengan saudariku yang lain? yang mungkin sekarang mereka dalam kesulitan dan air mata. Kembali teringat kisah kehidupan seorang ukhti di Penjara Abu Gharib Iraq. Lewat sepucuk surat yang ia ditulis dengan darah, tergambar betapa derita dan nestapa kehidupan mereka disana. Fatimah namanya, Fatimah adalah saudara perempuan seorang mujahid yang terkenal di daerah Abu Gharib, yang berasal dari sebuah keluarga yang terkenal kebaikan dan ketaqwaannya. Suatu hari pasukan AS menyerbu rumahnya, dengan tujuan menangkap saudaranya. Namun karena mereka tidak dapat menemukannya, pasukan AS menangkap Fatimah dengan tujuan memaksa saudaranya menyerahkan diri.

Berikut surat dari Fatimah :
Bismillahirrahmanirrahiim.
(Say He is God the One; God the Source [of everything]; Not has He fathered, nor has He been fathered; nor is anything comparable to Him.[ Quran, Surat 112 *al-Ikhlas*]) Saya menulis surat Al-Ikhlas ini karena mempunyai arti yang mendalam bagi saya, dan menimbulkan getaran di hati orang-orang yang beriman.
Saudaraku mujahidin di jalan Allah. Apa yang dapat kukatakan padamu? Saya katakan, rahim-rahim kami telah terisi dengan janin akibat perkosaan yang dilakukan keturunan kera dan babi itu.
Mereka telah menodai tubuh kami, meludahi muka kami, dan merobek-robek Al-Quran untuk digantungkan ke leher-leher kami . Allahu Akbar. Tidakkah kau mengerti tentang kejadian yang menimpa kami? Betulkah kau tidak tahu ini terjadi pada kami?. Kami saudaramu, dan Allah akan meminta tanggungjawabmu tentang kejadian ini kelak. Demi Allah, tidak semalam pun kami lewatkan di penjara ini kecuali mereka mendatangi salah satu dari kami untuk melampiaskan nafsu setannya.
Padahal kami selalu menjaga kehormatan kami karena takut kepada Allah. Takutlah pada Allah! Bunuhlah kami bersama mereka! Hancurkan mereka bersama kami! Jangan biarkan kami di sini agar mereka bisa bersenang-senang memperkosa kami, sesungguhnya ini adalah sebuah perbuatan dosa besar di sisi Allah. Takutlah pada Allah akan urusan kami.
Biarkan (jangan serang) tank dan pesawat mereka. Datanglah pada kami di penjara Abu Gharib. Saya saudaramu kerana Allah. Mereka memperkosa saya lebih dari sembilan kali dalam satu hari. Bisakah kau bayangkan?
Bayangkan salah satu saudaramu diperkosa. Bersama saya ada 13 gadis, semuanya belum menikah. Semuanya telah diperkosa didepan mata kami semua. Mereka melarang kami untuk sholat. Mereka mengambil pakaian kami, dan membiarkan kami telanjang.
Saat surat ini saya tulis, seorang diantara kami telah bunuh diri setelah diperkosa beramai-ramai. Seorang tentara memukulnya di dada dan paha setelah memperkosanya, lalu menyiksanya. Gadis itu kemudian bunuh diri dengan memukulkan kepalanya ke tembok penjara, kerana dia sudah tidak sanggup menerima ini.
Meskipun bunuh diri dilarang oleh Islam, saya memaklumi perbuatannya. Saya hanya berharap, semoga Allah mengampuninya, sesungguhnya Dia Maha mengampun. Saudaraku, saya katakan padamu lagi, takutlah pada Allah. Hancurkan kami bersama para tentara itu, agarkami bisa beristirahat dalam damai. Tolonglah kami, tolonglah kami, tolonglah kami. Waa Mutasimah!.
Surat ini telah berakhir, namun penderitaan penulisnya dan para muslimah belum berakhir. Sebarkan agar semuanya bisa mengathaui keadaan ini. Wassalam.
(Tajuk Asal Surat Fatimah Gemparkan Baghdad.)
 
 Allah, mungkin ini hanya segelitir berita tentang saudari kami yang tersakiti.. masih banyak yang lain.. Palestina? Syiria? Rohingya? dibelahan bumi manapun,, bahkan di Indonesia sendiri,, Apa yang harus kami perbuatan? dengan segala kebebasan yang kami miliki.... doa untuk mereka itu adalah pasti... Mengembangkan potensi yang kami miliki, berjuang dan 'rahim' dalam tubuh kami yang akan melahirkan generasi pembebas, yang tinggikan namaMu, kuatkan dan menangkan agamaMu. Tak jadi apapun kami ya Rabb tanpa petunjukMu, jalan dariMu dan kemampuan kami karena kekuatanMu. Bi A'yunina Wa Wahyina...

(sedang menasehati diri....)