Rabu, 20 Februari 2013

Program Perjodohan

Salah satu temen saya yang unik, bawel, dan baik hati. Hobinya tuh cerita, bawel nya 3 kali dari saya yang juga dapat dibilang tingkat kebawelnyapun tak bisa dibilang biasa. Ya, memang adakalanya kita bisa cerita dengan sepuasnya pada seseorang tapi ada suatu sisi lain kita harus jadi pendengar yang baik untuk mendengar cerita orang. "Ilmu itu akan banyak didapat saat kita banyak mendengar daripada berbicara" itu yang ingin saya olah, karena orang lebih senang didengarkan daripada mendengarkan. Maka sediakan hati, telinga dan kosentrasi dari banyak pelajaran yang tersembunyi disana.

Entahlah, saya jadi senang mengabadikan percakapan kami berdua. Ehmm, mencoba mengukir beberapa moment saja pada hari ini. Saat kami telpon-telpon tadi panjang kali lebar ia bercerita tentang kehidupannya seminggu kemarin dari kondisi coasnya yang kemaren yang buat dia nangis bombay karena dosennya ga bisa nerima pasien yang disodorkan dan alhamdulilah akhirnya dia menemukan pasien yang akhirnya di acc juga, konser kahitna yang katanya takkan terlupakan alias takkan terganti kalau bisa dibilang temen saya itu pengemar berat kahitna, semua tentang kahitna tuh dia tau ampe kahitna manggung diluar kotapun dia jabanin ehmmm... tema yang ga berubah " carlo kenal gw lo ce, dia baik banget" kalau ga " ihhh carlo tuh, slalu bilang gw anak kecil yang bisa nyetir mobil" yang lain lagi " gw suka sama mario dan semoga gw bisa buat mario jadi normal". Saya sebagai temannya cuma senyum-senyum doang dan bilang "ati-ati lo chunk, gw doain yang terbaik dunia akherat buat lo..".

Kali ini dia cerita tentang liburannya di Singapura-Malaysia selama seminggu. "Tau ga ce, gw kan ga cerita-cerita ketemen kampus gw kalau gw liburan ke malaysia, terus waktu disana sinyal gw jelekkan berujung suatu kali sinyal gw bagus gw uploadlah foto gw di Malaysia dan gw di gosipin tunangan+lamaran, kebayangan ga lo. itu menyebar di twiter dari temen kampus gw, soulmate kahitna, dosen-dosen gw semua naya-naya+ngasih selamat, pusing gw ce blablablabla (ceritanya panjang ga putus-putus)". diujung telpon saya jawab "aamiin, tuhkan doa chunk .. kan jodoh Allah yang atur."

Ceritanya temen saya ini dijodohkan oleh orang tuanya dengan anak temen orang tuanya yang asli orang malaysia. ehmmm, dah lama dari 2010 lalu.. alhamdulilah, tak ada yang aneh dari mereka berdua cuma keluarga keduanya aza yang heboh. Apa temen saya yang heboh ya, cerita tentang cowo tersebut. ehmmm... selalu dia bilang " Si X itu orang baik ce, gw merasa ga pantes buat dia.. coba dia tuh soleh, pinter, baik, dari keluarga baik-baik. entah mengapa gw merasa gw tuh kurang banget". Saya bilang " ya jodoh siapa yang tau chunk, mungkin dari luar dia seperti itu tapi kita ga tau dalemnya gmana kan. jodoh tuh dah di atur secara sempurna, lo tau cewe yang baik buat cowo yang baik, so perbaiki diri aza.. gw sih nasehatin gw juga chunk, gw yakin orang tua lo milih dia juga dah banyak pertimbangan, pasti mereka milih yang terbaik dong buat anaknya" diujung telp ia bilang " ya sih ce, ahhh gw ga tau ah... gw mau nyelesain coas dulu, gw ga pernah nolak dia tapi ini belom saatnya.. gw ga pengen ngiket dia, kan gw nemenin lo biar sama-sama ga pacaran... (saya tiba-tiba zztttttt, alhamdulilah nih anak rada sadar) ya, kedepannya biar waktu aza yang jawab ce."

Orang tua pasti ingin jodoh yang terbaik buat anaknya. Teringat kisah seorang lelaki penjaga kebun anggur namanya Mubarok, suatu hari pemiliki kebun anggur itu datang mengunjungi kebunnya. Ia sedang mengalami masalah yang pelik dan sulit untuk dicarikan jalan keluarnya. Putrinya yang sudah beranjak dewasa tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan banyak pria yang ingin mempersuntingnya. Yang menjadi permasalahan baginya adalah semua laki-laki yang ingin mempersunting putrinya adalah kerabat dan teman dekatnya. Ia harus memilih salah satu dari mereka, tetapi ia khawatir jika menyinggung bagi kerabat yang tidak terpilih.

Sambil beristirahat dan menenangkan pikiran, ia mencoba mencicipi hasil kebunnya. Dipanggillah Mubarok, penjaga kebun itu. “Hai Mubarok, kemarilah! Tolong ambilkan saya buah yang manis!” perintahnya.
Dengan sigap Mubarok segera memetik buah-buahan yang diminta, kemudian diberikan kepada majikannya.
Ketika buah tersebut dimakan sang majikan, ternyata rasanya masam sekali. Majikan Mubarok berkata, “Wahai Mubarok! Buah ini masam sekali! Berikan saya buah yang manis!” pinta sang majikan lagi.
Untuk kedua kalinya, buah yang diberikan Mubarok masih terasa masam. Sang majikan terheran-heran, sudah sekian lama ia mempekerjakan Mubarok, tetapi mengapa si penjaga kebun ini tidak mampu membedakan antara buah masam dan manis? Ah, mungkin dia lupa, pikir sang majikan. Dimintanya Mubarok untuk memetikkan kembali buah yang manis. Hasilnya sama saja, buah ketiga masih terasa masam.
Rasa penasaran timbul dari sang majikan. Dipanggillah Mubarok, “Bukankah kau sudah lama bekerja di sini? Mengapa kamu tidak tahu buah yang manis dan masam?” tanya sang majikan. Mubarok menjawab, “Maaf Tuan, saya tidak tahu bagaimana rasa buah-buahan yang tumbuh di kebun ini karena saya tidak pernah mencicipinya!”

“Aneh, bukankah amat mudah bagimu untuk memetik buah-buahan di sini, mengapa tidak ada satu pun yang kaumakan?” tanya majikannya.“Saya tidak akan memakan sesuatu yang belum jelas kehalalannya bagiku. Buah-buahan itu bukan milikku, jadi aku tidak berhak untuk memakannya sebelum memperoleh izin dari pemiliknya,” jelas Mubarok. Sang majikan terkejut dengan penjelasan penjaga kebunnya tersebut. Dia tidak lagi memandang Mubarok sebatas tukang kebun, melainkan sebagai seseorang yang jujur dan tinggi kedudukannya di mata Allah SWT. Ia berpikir mungkin Mubarok bisa mencarikan jalan keluar atas permasalahan rumit yang tengah dihadapinya.

Mulailah sang majikan bercerita tentang lamaran kerabat dan teman-teman dekatnya kepada putrinya. Ia mengakhiri ceritanya dengan bertanya kepada Mubarok, “Menurutmu, siapakah yang pantas menjadi pendamping putriku?” Mubarok menjawab, “Dulu orang-orang jahiliah mencarikan calon suami untuk putri-putri mereka berdasarkan keturunan. Orang Yahudi menikahkan putrinya berdasarkan harta, sementara orang Nasrani menikahkan putrinya berdasarkan keelokan fisik semata. Namun, Rasulullah SAW mengajarkan sebaik-baiknya umat adalah yang menikahkan karena agamanya.” Sang majikan langsung tersadar akan kekhilafannya. Mubarok benar, mengapa tidak terpikirkan untuk kembali pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Islamlah solusi atas semua problematika umat manusia.

Ia pulang dan memberitakan seluruh kejadian tadi kepada istrinya. “Menurutku Mobaroklah yang pantas menjadi pendamping putri kita,” usulnya kepada sang istri. Tanpa perdebatan panjang, sang istri langsung menyetujuinya. Pernikahan bahagia dilangsungkan. Dari keduanya lahirlah seorang anak bernama Abdullah bin Mubarok. Ia adalah seorang ulama, ahli hadis, dan mujahid. Ya, pernikahan yang dirahmati Allah SWT dari dua insan yang taat beribadah, insya Allah, akan diberi keturunan yang mulia.

Teringat pula cerita Umar bin Khattab yang mencari suami terbaik untuk anaknya hafsah yang menjanda. Datang ke Abu bakar  tak diterima, Utsman tak diterima. ternyata Allah telah meyiapkan jodoh terbaik untuk anaknya Hafsah yaitu Manusia terbaik di seluruh Jagat raya Rasulullah SAW. Ahh, saya sebenarnya iri pada temen saya, ehmmm orang tuanya berusaha mencoba memilihkan pasangan terbaik untuk anaknya. dan saya diberikan kebebasan penuh dengan siapa saya menikah, bahkan ayah mama bukan orang yang menganut paham perjodohan, tak apalah jodoh itu Allah yang mengatur, Saat kita ingin mendapat jodoh yang berkualitas kitapun harus berkualitas. Tak hanya saya ingin kayak gini, kayak gitu tapi tak ada peningkatan kualitas diri kita, karena pada hakekatnya jodoh itu cerminan diri.

Suatu kali, Idul fitri dua tahun yang lalu. Sepupu-sepupu saya membawa pasangannya kerumah (calon) ngobrol cerita blablabala. Setelah mereka pulang, ayah berbicara sambil bercanda sama saya "Yuk, perasaan ayuk belum pernah deh bawa seseorang ke rumah?" saya jawab " Insya Allah nanti ayah, kalau waktunya dah tepat. nanti ayuk kenalin ke ayah calon menantu ayah". lalu ayah jawab " ya tergantung yuk, kalau sesuai kreteria ayah,, bisa diterima, bisa ditolak." ehmmm bingungkan yang mau nikah siapa coba. Tapi setiap orang punya bermacam cerita tentang pertemuan mereka dengan belahan jiwanya termasuk saya dengan seseorang yang InsyaAllah memiliki cita-cita yang sama, tak hanya untuk kami berdua tapi juga Peradaban. Aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar