Rabu, 17 Juli 2013

Aku Malu pada Istriku

Gara-gara sering diskusi dengan dr.Zaidul Akbar akhir-akhir ini istri saya masak sendiri. Ia ingin memastikan apa yang dimasak dan dimakan semuanya sehat. Ia langsung praktek masak sembari mengajari asisten rumah tangga di rumah agar terbiasa memasak makanan yang sehat.

Kemarin, ia menghidangkan soto ayam saat berbuka puasa. Melihat saya makan hanya sedikit, ia langsung bertanya, “Gak enak ya, mas?” Pada awalnya saya hanya terdiam, tetapi karena didesak terus akhirnya saya berkata, “Masakanmu selalu enak tetapi yang ini agak asin.”

Mendengar jawaban saya langsung dia bertanya, “Mas Jamil mau apa?” Saya jawab, “Ini sudah cukup, kita nikmati saja.” Mendengar jawaban saya, ia tak puas. Istri saya terus mendesak. Karena saya tidak memberi jawaban spesifik akhirnya ia bertanya, “Kalau saya masakin kentang sama ikan tuna, mau?” Langsung saya mengangguk.

Setelah itu saya menuju ke kamar untuk tadarus. Tak lama setelah itu, istri saya masuk kamar dan meminta izin untuk pergi belanja. Saya tidak menduga bahan-bahan yang diperlukan untuk dimasak tak tersedia di rumah. Walau saya berkata agar tidak usah repot-repot masak lagi, ia tetap pergi belanja.

Sebelum sholat Isya hidangan berupa kentang, wortel, sayur dan ikan tuna sudah tersaji. Saya melahapnya tuntas tanpa sisa. Usai makan saya duduk terdiam. Betapa responsifnya istri saya. Akhirnya pikiran saya berkelana kepada kebaikan-kebaikan yang dilakukannya.

Saat saya lelah, tanpa saya minta dia memijat saya atau memanggilkan tukang pijat. Saat tenggorokan saya sakit karena terlalu banyak memberikan training tanpa saya minta ia menyiapkan obat-obat tradisional untuk saya minum. Saat ibu saya sakit, ia langsung minta izin terbang pergi ke Lampung untuk menemani ibu saya. Saat adik saya hendak melahirkan ia setia menemani siang dan malam.

Begitu banyak kebaikan istri namun balasan saya belumlah seberapa. Saya masih harus terus belajar menjadi suami. Saya masih harus terus belajar bagaimana caranya memberi perhatian kepada istri. Saya masih perlu banyak berjuang untuk membahagiakan istri. Semoga ia tetap sabar menemaniku yang sedang terus belajar. Ya Allah, bimbing aku… (Tulisan Jamil Azzaini)

Jadi teringat sosok Misako di Film Tonbi (Kite) wuahhh...... MasyaAllah..... tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.... Sosok khadijah ra..... Apakah saya bisa menjadi yang terbaik untuk dirinya nanti? Memantaskan diriku.... Allah ingin saya lebih banyak belajar....Mencoba untuk menjadi yang terbaik bagimu.... Cinta itu adalah pengabdian, dimana aku bisa membersamaimu dan mimpi-mimpimu....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar