Jumat, 22 Februari 2013

Tugas Peradaban Perempuan

Judulnya rada berat ya, hoho ga pa2 sekali-kali. Sebenarnya, saya sedang mengingatkan diri saya sendiri karena saya adalah perempuan yang memiliki tugas membangun peradaban dengan peran yang telah Allah tentukan.  Dada saya beberapa saat berdebar sedikit lebih kencang dari biasanya, terasa ada sesuatu yang mengalun disana. Mungkin, ada beberapa hal yang saya bahas dan mungkin ada yang belum. tak apa-apa mengulang-ngulang sesuatu adalah hal yang akan membuat ingatan tersebut masuk ke alam bawah sadar yang secara tidak sadar menjadi bentuk tindakan. (Apa sih...?? haha)

Ini, deskripsi.. dari apa yang saya dengar, saya lihat, saya baca.. walau terkadang ada kata aneh atau kesalahan. Ada baiknya dikoreksi agar ada penambahan ilmu yang membuat perbaikan dalam diri saya.
ehmm, dimulai ya... Apa tugas peradaban perempuan yaitu mempersiapkan generasi peradaban. Generasi peradaban adalah hal yang jleb-jleb bagi diri saya yang penuh kekurangan disana-sini bagai godam yang menampar-nampar saya. saya selalu bilang dalam hati "Maafkan bunda ya nak, bunda akan selalu belajar untuk menjadi yang terbaik bagimu". Anak yang  Allah anugerahkan pada diri ini tidak hanya sebagai penyejuk hati saja tapi insan peradaban yang harus dibentuk sedemikan rupa agar dapat tumbuh menjadi sosok-sosok hebat yang dapat mengharumkan nama islam, maka belajar lah dari sosok paling mulia Rasulullah saw serta generasi-generasi yang mendapatkan tarbiyah dari Beliau seperti Abu bakar as siddiq, umar bin khatab, ustman bin affan, ali bin abi thalib, Abdurrahman bin auf serta sahabat yang lainnya.  Belajar dari Rasulullah dalam mendidik anak-anaknya.

Tak hanya belajar dari Rasulullah,Muhammad saw.. Allah pun memerintahkan kita memetik hikmah dari keluarga yang lain seperti keluarga Imran dan Ibrahim. Bagaimana dari keluarga Imran terlahir perempuan yang suci serta taat beribadah bernama Mariyam yang menjadi Ibunda nabi Isa as serta menjadi penghulu surga. Keluarga cinta Ibrahim yang menjadikan Beliau Bapaknya para nabi.

Banyak fase yang harus dilewati, belajar mendidik anak itu bukan saat anak terlahir kedunia baru kita belajar untuk mendidiknya tapi sebelum dan sebelumnyapun kita harus belajar. Bahkan, jujur sekarangpun saat anak saya belum hadir didunia saya telah berfikir "nanti, anak bunda bagusnya sekolah dimananya?" kadang saya lebay sendiri (tobat-tobat.. inget skripsi hoy,,,skripsi...).

Okeh, saat belum menikah, 1. bagaimana meningkatkan kualitas diri? (seperti tamparan-tamparan yang menerpa diri saya seakan wajah saya merah, melihat kualitas diri seakan ingin berada dipojokan sana dan bilang "saya harus banyak belajar, banyak memperbaiki diri, wuaahhhhh....") karena untuk membentuk anak yang berkualitas, tak hanya terlahir dari ibu yang berkualitas tapi orang tua berkualitas. Oleh karena itu, pilihlah pasangan yang berkualitas dunia akherat.. Pada suatu artikel dari majalah yang saya baca, "jangan jadi orangtua durhaka" saat kita memilih pasangan yang salah berarti kita telah durhaka pada anak-anak kita. So pilih pasangan terbaik.. kalau kata Rasulullah 4 hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih pasangan yaitu fisiknya, kekayaannya, nasabnya tapi yang paling diutamakan dalam semuanya adalah kesolehannya.  "Anak peradaban akan terlahir dari bunda Peradaban, laki-laki peradaban akan menikah dengan perempuan peradaban, maka pantaskanlah dirimu..".

Saat Allah telah menemukan jodoh dan Allah telah menitipkan ruh dalam rahimmu, maka jagalah ia baik-baik.. lakukan aktivitas kebaikan serta beri pelajaran pada dirinya. Anak dalam kandungan itu miliki rasa maka tanamkan kebaikan dan rasa cinta pada Allah dari sebelum ia melihat indahnya dunia. Jagalah ia dengan sebaik-baik penjagaan. selalu lantunkan doa untuknya. Hal ini diajarkan oleh ibunda Mariyam yaitu istri Imran. Ingatlah, ketika istri Imran berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepadaMu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak)  menjadi hamba yang mengabdi (kepadaMu), maka terimalah (nazar itu) dariku, Sungguh, Engkaulah yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui (QS Ali Imran : 35).

Saat ia telah lahir kedunia.. Penuhi segala hak-haknya sesuai dengan fase-fase pertumbuhannya.. tunaikan ASI yang menjadi haknya, makan-makan yang bergizi, jadilah contoh yang baik, yang utama kenalkan ia pada Penciptanya, tanamkan ahlak yang baik, lantunkan mimpi-mimpi kita padanya serta doa yang tak pernah putus saat sunyinya malam atau saat kita membersamai dirinya. Saat mengelus kepalanya maka doakan ia, saat memandikannya, saat menyuapi makannya. Ya Allah, banyak moment tercipta agar bisa menjadi sarana membentuk anak-anak peradaban.

Suatu kali pernah ada Pejuang Palestina datang ke Indonesia dan ditanyakan, Apa peran perempuan palestina yang ada disana? beliau menjawab "Peran perempuan palestina lebih besar dari 10 pejuang laki-laki disana, karena dari mereka terlahir pejuang-pejuang yang mencintai Allah dan memperjuangkan Al Quds". Banyak bekal yang harus disiapkan dalam membimbing anak peradaban tak hanya ibu saja, ayah, guru-guru, lingkungan... Ya Allah, jadikanlah anak turunanku generasi yang Soleh Soleha.. Aamiin.

Selain itu tugas apalagi, Menjadi Istri yang Soleha. Tugasnya mendukung suami, sahabat suami, penyejuk hati suami. karena surga istri ada ditelapak kaki suami. Tugas suami itu tak ringan soleha, karena ia harus menjamin istrinya masuk surga,, saat istrinya berbuat dosa ia pun harus bertanggung jawab akan hal itu. Maka belajarlah menjadi istri Soleha dari Khadijah binti Khuwailid serta Ummul Mukminin lainnya atau sahabiyah luar biasa yang lainnya seperti Asma binti Abu Bakar yan menyediakan kendaraan untuk suami dan anaknya berjihad.

"Untuknya yang kucintai karena Allah, yang akan selalu membimbingku pada jalan-jalan menuju Rahmat dan Surga Allah". tak bisa kuceritakan panjang lebar tentang hal ini karena ku rasa ilmu saya sangatlah sedikit tapi ada hadist yang mengingatkan diri " Ingatlah, aku telah memberitahu kalian tentang istri-istri kalian yang akan menjadi penduduk surga, yaitu yang penyayang, banyak anak (subur), dan banyak memberi manfaat pada suaminya, yang jika ia menyakiti atau disakiti, ia segera datang hingga berada didalam pelukkan suaminya, kemudian berkata "Demi Allah, aku tak bisa memejamkan mata hingga engkau meridhaiku". (HR Al-Baihaqi).

Haruslah sadar pada peran kita yang utama.. Tentang diri ini, tentang mimpi-mimpi ini.. bagaimana menjadi anak, istri, bunda, pendidikan, masyarakat yang dapat menebar kebaikan pada semuanya. Setiap tulisan yang tercipta adalah pengingat diri saya termasuk tulisan ini. Apa peran saya sesungguhnya? yang paling utama adalah Sebagai Hamba Allah swt dan bagaiman mewujudkannya dalam setiap aspek kehidupan. Allah bantu hamba...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar