Gara-gara sering diskusi dengan dr.Zaidul Akbar akhir-akhir ini istri
saya masak sendiri. Ia ingin memastikan apa yang dimasak dan dimakan
semuanya sehat. Ia langsung praktek masak sembari mengajari asisten
rumah tangga di rumah agar terbiasa memasak makanan yang sehat.
Kemarin, ia menghidangkan soto ayam saat berbuka puasa. Melihat saya
makan hanya sedikit, ia langsung bertanya, “Gak enak ya, mas?” Pada
awalnya saya hanya terdiam, tetapi karena didesak terus akhirnya saya
berkata, “Masakanmu selalu enak tetapi yang ini agak asin.”
Mendengar jawaban saya langsung dia bertanya, “Mas Jamil mau apa?”
Saya jawab, “Ini sudah cukup, kita nikmati saja.” Mendengar jawaban
saya, ia tak puas. Istri saya terus mendesak. Karena saya tidak memberi
jawaban spesifik akhirnya ia bertanya, “Kalau saya masakin kentang sama
ikan tuna, mau?” Langsung saya mengangguk.
Setelah itu saya menuju ke kamar untuk tadarus. Tak lama setelah itu,
istri saya masuk kamar dan meminta izin untuk pergi belanja. Saya tidak
menduga bahan-bahan yang diperlukan untuk dimasak tak tersedia di
rumah. Walau saya berkata agar tidak usah repot-repot masak lagi, ia
tetap pergi belanja.
Sebelum sholat Isya hidangan berupa kentang, wortel, sayur dan ikan
tuna sudah tersaji. Saya melahapnya tuntas tanpa sisa. Usai makan saya
duduk terdiam. Betapa responsifnya istri saya. Akhirnya pikiran saya
berkelana kepada kebaikan-kebaikan yang dilakukannya.
Saat saya lelah, tanpa saya minta dia memijat saya atau memanggilkan
tukang pijat. Saat tenggorokan saya sakit karena terlalu banyak
memberikan training tanpa saya minta ia menyiapkan obat-obat tradisional
untuk saya minum. Saat ibu saya sakit, ia langsung minta izin terbang
pergi ke Lampung untuk menemani ibu saya. Saat adik saya hendak
melahirkan ia setia menemani siang dan malam.
Begitu banyak kebaikan istri namun balasan saya belumlah seberapa.
Saya masih harus terus belajar menjadi suami. Saya masih harus terus
belajar bagaimana caranya memberi perhatian kepada istri. Saya masih
perlu banyak berjuang untuk membahagiakan istri. Semoga ia tetap sabar
menemaniku yang sedang terus belajar. Ya Allah, bimbing aku… (Tulisan Jamil Azzaini)
Jadi teringat sosok Misako di Film Tonbi (Kite) wuahhh...... MasyaAllah..... tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.... Sosok khadijah ra..... Apakah saya bisa menjadi yang terbaik untuk dirinya nanti? Memantaskan diriku.... Allah ingin saya lebih banyak belajar....Mencoba untuk menjadi yang terbaik bagimu.... Cinta itu adalah pengabdian, dimana aku bisa membersamaimu dan mimpi-mimpimu....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar