Saya sering merasa geli dan ingin
tertawa melihat prilaku anak kecil. Seperti kejadian pagi tadi di damri
jatinangor-DU, ada seorang anak kecil usianya sekitar 3 tahunan yang mengikuti
prilaku kakaknya yang berusia 6 tahun. Jadi si kakak menutup wajahnya dengan
jaket dan adiknya berusaha ingin mengikuti, padahal itu tidak mungkin karena
jaket si adik kecil dan posisinya sedang melekat ditubuh. Adalagi yang lain,
bagaimana seorang anak kecil tetangga saya yang mengcopy gaya saya sedang mengajar
mereka dan cara saya berbicara pada mereka. Sambil memegang buku, dia
menceritakan isi buku dengan ekspresi yang saya tampilkan.. disela2 cerita ia
berkata “ Ayo, ada yang tau ini apa?” saat ada temen yang salah menjawab dia
akan mengeleng2kan kepala dan mengatakan “no..no..no..” sedangkan kalau ada
yang menjawab benar dia mengatakan “ ya benar, good job.. anak soleha..” persis
seperti apa yang saya lakukan.
Usia dibawa 5 tahun merupakan
masa-masa keemasan seorang anak, dimana otak anak mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Stimulasi dan pengaruh lingkungan sekitar, sangat mempengaruhi
perkembangan kecerdasan anak. Sejak bayi, anak memperhatikan dan menirukan
prilaku orang disekitarnya, seperti tersenyum dan mengucapkan kata-kata.
Seiring dengan bertambahnya usia, maka
perilaku anak sangat terpengaruh dengan kebiasaan orang-orang terdekatnya.
Jangan heran bila kita melihat
seorang anak kecil senang berdandan karena ibunya seorang yang modis seperti Suri cursie (wuahh
saya suka melihatnya karena seperti barbie, jelas putri saya nanti tidak akan
saya buat seperti itu) atau contoh yang lainnya, ada seorang anak usianya
dibawah 4 tahun. Saya sedih mendengar kata-katanya kasar sekali, ternyata eh
ternyata setelah saya amati ayahnya
terbiasa berkata –kata kasar bila marah dan mengeluarkan kata-kata yang tidak
sepatutnya dikeluarkan apalagi dihadapan anak kecil. Atau tiba-tiba anak jadi suka main
pukul-pukulan atau bisa mengucapkan kata-kata cinta, nikah atau apalah yang
ternyata ia tiru dari film kartun yang dia tonton atau sinetron yang seharusnya
ga boleh dia tonton oleh anak kecil.
The copycat adalah sebutan yang
layak untuk mereka karena anak kecil mudah meniru apa yang mereka dengar dan
mereka lihat. Semua tindakan dan prilaku orang disekitarnya menarik untuk
mereka contoh. Rasa ingin tahu dan penasaran mereka yang tinggi mendorong
mereka meniru tindakan tersebut.
Sebuah penelitian yang dilakukan
Dafid Forman, Nazan Aksan, dan Grazan Kochanska, dari University of Minnesota
dan University of Lowa, dengan judul Toddler’s Responsive Imitation Predicts
Preschool-Age Conscienc, menunjukan bahwa anak yang dengan antusias meniru
orangtuanya, akan cendrung lebih cepat mengembangkan kemampuan untuk membedakan
nilai-nilai yang benar dan salah, dibandingkan anak yang tidak antusias
melakukan proses imitasi.
Anak belajar dari apa yang mereka
lihat dengan meniru prilaku orang yang berada disekitarnya. Bagaimana supaya
proses belajar anak melalui proses imitasi berjalan optimal? Berikut beberapa
tips dari majalah Parents Guide bagi orang tua dan yang akan menjadi orangtua
yang mempunya the copycat dirumah:
1. Biarkan anak
mencoba
Pengalaman adalah
guru yangg terbaik. Bila anak mencoba menirukan sesuatu, berilah kesempatan
selama tidak membahayakan dirinya. Kepercayaan diri akan semakin meningkat saat
diberikan kesempatan untuk mencoba meniru tindakan orang disekitarnya. Biarkan
bila anak ingin mengaduk susunya sendiri, mengepel, ingin membuat adonan kue,
dan makan sendiri. Meskipun resikonya adalah lantai menjadi kotor karena penuh
ceceran susu, tepung dan remah makanan. Tapi anggap saja, itu adalah harga yang
harus dibayar untuk sebuah keterampilan.
2. Jangan Memarahinya
Pasti kaget saat
mendengar anak mengucapkan kata-kata kotor/jorok. Ambil nafas dalam-dalam dan
tenang. Tanya baik-baik kenapa dia mengatakan kata-kata tersebut. Karena belum
tentu dia mengerti dengan kata yang ia ucapkan. Setelah itu jelaskan bahwa
kata-kata yang ia ucapkan tidak baik dan tidak pantas untuk diucapkan serta
masukan nilai-nilai moral didalamnya.
3. Pastikan
keamanannya
Anda harus segera
melarangnya bila ada tindakan yang membahayakan dirinya dan orang lain. Seperti
meniru adegan sulap ditelevisi, meloncat dari ketinggian atau memainkan pisau
tajam. Wuahhh, kotak ajaib ini sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak jadi
lebih baik kurangi intensitas anak dalam menonton TV, Pilih program yang baik
untuk tumbuh kembangnya dan ahlikan hobinya pada rutinitas yang lain seperti
membaca buku atau permainan-permainan yang mengasah kecerdasannya.
4. Jauhkan dari
sumber negatif
Anak sangat mudah
terpengaruh oleh lingkungannya. Oleh karena itu jauhkan mereka dari sumber-sumber yang negatif.
5. Model yang baik
Orang tua harus bisa
menjadi contoh yang baik bagi anaknya. Kembangkan rasa cinta karna Allah,
saling menyayangi, menghargai, membantu dalam keluarga, peduli terhadap sesama
sehingga anak akan menirunya.
Saya suka prakata Khalid Ahmad
Syantut dalam bukunya “Melejitkan Potensi Moral dan Spritual Anak”.Isi
singkatnya seperti ini:
Saya masih ingat bahwa saya sudah
hapal beberapa doa berikut semenjak masih kecil.
“Ya Allah, mudahkanlah urusanku dan
berikanlah kemudahan setelah datang kesulitan”
“Ya Allah, kuatkanlah kakiku dan
kaki kedua orang tuaku untuk berjalan di atas shirathal Mustaqim”
Demikaian sebagian doa yang telah
saya hapal pada usia balita hingga kini. Seluruhnya terpatri dalam diri dan
terpahat dalam jiwa. Uniknya, doa –doa tersebut tidak saya hapal tanpa ada
seorangpun yang mendiktekan pada saya termasuk ibu saya. hanya saja, saya
selalu mendengar ibunda tercinta mengulang-ulang setiap kali berdoa. Itulah
kata-kata yang saya dengar sejak saya mulai mendengar dan kemudian masuk dalam
ingatan saya…
Masyaallah, anak adalah cerminan
orangtuanya karena anak akan meniru segala tindakan dan perkataan orang tuanya.
Dan ingatlah selalu kata pepatah “Buah
tidak akan jatuh, jauh dari pohonnya”.
Jatinangor 2012
Selalu menjadi pembelajar untuk menjadi
bunda anak-anak peradaban…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar