Sabtu, 06 Oktober 2012

The Copycat

Saya sering merasa geli dan ingin tertawa melihat prilaku anak kecil. Seperti kejadian pagi tadi di damri jatinangor-DU, ada seorang anak kecil usianya sekitar 3 tahunan yang mengikuti prilaku kakaknya yang berusia 6 tahun. Jadi si kakak menutup wajahnya dengan jaket dan adiknya berusaha ingin mengikuti, padahal itu tidak mungkin karena jaket si adik kecil dan posisinya sedang melekat ditubuh. Adalagi yang lain, bagaimana seorang anak kecil tetangga saya yang mengcopy gaya saya sedang mengajar mereka dan cara saya berbicara pada mereka. Sambil memegang buku, dia menceritakan isi buku dengan ekspresi yang saya tampilkan.. disela2 cerita ia berkata “ Ayo, ada yang tau ini apa?” saat ada temen yang salah menjawab dia akan mengeleng2kan kepala dan mengatakan “no..no..no..” sedangkan kalau ada yang menjawab benar dia mengatakan “ ya benar, good job.. anak soleha..” persis seperti apa yang saya lakukan. 

Usia dibawa 5 tahun merupakan masa-masa keemasan seorang anak, dimana otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Stimulasi dan pengaruh lingkungan sekitar, sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak. Sejak bayi, anak memperhatikan dan menirukan prilaku orang disekitarnya, seperti tersenyum dan mengucapkan kata-kata. Seiring dengan bertambahnya  usia, maka perilaku anak sangat terpengaruh dengan kebiasaan orang-orang terdekatnya. 

Jangan heran bila kita melihat seorang anak kecil senang berdandan karena ibunya  seorang yang modis seperti Suri cursie (wuahh saya suka melihatnya karena seperti barbie, jelas putri saya nanti tidak akan saya buat seperti itu) atau contoh yang lainnya, ada seorang anak usianya dibawah 4 tahun. Saya sedih mendengar kata-katanya kasar sekali, ternyata eh ternyata setelah saya amati  ayahnya terbiasa berkata –kata kasar bila marah dan mengeluarkan kata-kata yang tidak sepatutnya dikeluarkan apalagi dihadapan anak kecil. Atau tiba-tiba anak jadi suka main pukul-pukulan atau bisa mengucapkan kata-kata cinta, nikah atau apalah yang ternyata ia tiru dari film kartun yang dia tonton atau sinetron yang seharusnya ga boleh dia tonton oleh anak kecil.

The copycat adalah sebutan yang layak untuk mereka karena anak kecil mudah meniru apa yang mereka dengar dan mereka lihat. Semua tindakan dan prilaku orang disekitarnya menarik untuk mereka contoh. Rasa ingin tahu dan penasaran mereka yang tinggi mendorong mereka meniru tindakan tersebut.
Sebuah penelitian yang dilakukan Dafid Forman, Nazan Aksan, dan Grazan Kochanska, dari University of Minnesota dan University of Lowa, dengan judul Toddler’s Responsive Imitation Predicts Preschool-Age Conscienc, menunjukan bahwa anak yang dengan antusias meniru orangtuanya, akan cendrung lebih cepat mengembangkan kemampuan untuk membedakan nilai-nilai yang benar dan salah, dibandingkan anak yang tidak antusias melakukan proses imitasi.

Anak belajar dari apa yang mereka lihat dengan meniru prilaku orang yang berada disekitarnya. Bagaimana supaya proses belajar anak melalui proses imitasi berjalan optimal? Berikut beberapa tips dari majalah Parents Guide bagi orang tua dan yang akan menjadi orangtua yang mempunya the copycat dirumah:

1. Biarkan anak mencoba
Pengalaman adalah guru yangg terbaik. Bila anak mencoba menirukan sesuatu, berilah kesempatan selama tidak membahayakan dirinya. Kepercayaan diri akan semakin meningkat saat diberikan kesempatan untuk mencoba meniru tindakan orang disekitarnya. Biarkan bila anak ingin mengaduk susunya sendiri, mengepel, ingin membuat adonan kue, dan makan sendiri. Meskipun resikonya adalah lantai menjadi kotor karena penuh ceceran susu, tepung dan remah makanan. Tapi anggap saja, itu adalah harga yang harus dibayar untuk sebuah keterampilan.

2. Jangan Memarahinya
Pasti kaget saat mendengar anak mengucapkan kata-kata kotor/jorok. Ambil nafas dalam-dalam dan tenang. Tanya baik-baik kenapa dia mengatakan kata-kata tersebut. Karena belum tentu dia mengerti dengan kata yang ia ucapkan. Setelah itu jelaskan bahwa kata-kata yang ia ucapkan tidak baik dan tidak pantas untuk diucapkan serta masukan nilai-nilai moral didalamnya.

3. Pastikan keamanannya
Anda harus segera melarangnya bila ada tindakan yang membahayakan dirinya dan orang lain. Seperti meniru adegan sulap ditelevisi, meloncat dari ketinggian atau memainkan pisau tajam. Wuahhh, kotak ajaib ini sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak jadi lebih baik kurangi intensitas anak dalam menonton TV, Pilih program yang baik untuk tumbuh kembangnya dan ahlikan hobinya pada rutinitas yang lain seperti membaca buku atau permainan-permainan yang mengasah kecerdasannya.

4. Jauhkan dari sumber negatif
Anak sangat mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Oleh karena itu  jauhkan mereka dari sumber-sumber yang negatif. 

5. Model yang baik
Orang tua harus bisa menjadi contoh yang baik bagi anaknya. Kembangkan rasa cinta karna Allah, saling menyayangi, menghargai, membantu dalam keluarga, peduli terhadap sesama sehingga anak akan menirunya.

Saya suka prakata Khalid Ahmad Syantut dalam bukunya “Melejitkan Potensi Moral dan Spritual Anak”.Isi singkatnya seperti ini:

Saya masih ingat bahwa saya sudah hapal beberapa doa berikut semenjak masih kecil.

“Ya Allah, mudahkanlah urusanku dan berikanlah kemudahan setelah datang kesulitan”
“Ya Allah, kuatkanlah kakiku dan kaki kedua orang tuaku untuk berjalan di atas shirathal Mustaqim”

Demikaian sebagian doa yang telah saya hapal pada usia balita hingga kini. Seluruhnya terpatri dalam diri dan terpahat dalam jiwa. Uniknya, doa –doa tersebut tidak saya hapal tanpa ada seorangpun yang mendiktekan pada saya termasuk ibu saya. hanya saja, saya selalu mendengar ibunda tercinta mengulang-ulang setiap kali berdoa. Itulah kata-kata yang saya dengar sejak saya mulai mendengar dan kemudian masuk dalam ingatan saya…

Masyaallah, anak adalah cerminan orangtuanya karena anak akan meniru segala tindakan dan perkataan orang tuanya. Dan ingatlah selalu kata pepatah “Buah tidak akan jatuh, jauh dari pohonnya”.


Jatinangor 2012
Selalu menjadi pembelajar untuk menjadi bunda anak-anak peradaban…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar