Setiap menghadiri acara akad nikah selalu ada senyum haru
yang tercipta, apalagi saat proses Ijab Qabul dimulai wuahhh seperti air mata
ingin meluncur saja. Tiba-tiba dalam kesyahduan ada yang menyapa “Risma…” ku arahkan pandanganku pada
suara itu, ternyata Uni Mela, ku sapa ia,,, “Uni,
kangeennn… pa kabar?” tergurat senyum diwajahnya “alhamdulilah baik, risma gmana? Dah lama ya kita ga ketemu terakhir
saat pernikahan Rara di Jakarta.”
Ku jawab “alhamdulilah
baik Uni, iya nih dah lama ga ketemu.” Pesta pernikahan seperti ajang reuni
dengan sahabat lama karena jarak dan kegiatan yang menemani hari rasanya
kalimat perjumpaan itu sulit dilantunkan. Lalu ku tanya ia lagi “ Uni, Uda Faisal sama Si kecil Nabila mana?”
ahhh, sepertinya pertanyaanku tadi salah tiba-tiba wajah cerianya mendung
dan ia terdiam beberapa saat “ Nabila ga
datang risma, dia sama Ayahnya.. risma ga tau ya?” ku jawab “ga tau apa uni?”
Uni Mela menarik nafas yang amat dalam, sepertinya banyak kata
yang tersekat di rongga dadanya “ Uni dah
pisah dari uda, dan sekarang nabila tinggal bersama uda.” Aku terdiam
sejenak tak bisa berkata-kata “
inalilahi, sabar ya Uni.. aku bener-bener ga tau…. Sabar ya Uni..” aku tak
bisa berkata-kata lagi, takut menggali luka dihatinya, dengan senyum dan mata
berkaca-kaca ia menjawab “ Ga apa-apa
sayang, Doakan semoga Uni kuat”.
Ku balas dengan senyuman dan elusan lembut dipundaknya,
dalam hati ku berujar “ Uni tegar ya,
Allah pasti telah mempersiapkan jalan terbaik buat Uni.”
Setelah meninggalkan riuh bahagianya pesta pernikahan, pikiranku
berputar ke memori masa lalu, saat bersama Uni Mela. Melihat ekspresi
bahagianya saat mengkabarkan pernikahannya. “
Uni, mau nikah Risma?” saya terkejut, ga ada hujan dan angin tiba-tiba Uni
berbicara hal tersebut. “Wah, Barakallah..
kok ga ada kabar si Uni,,, tiba-tiba mau nikah aza?” ia menjawab “seminggu yang lalu, uni dijodohkan sama
tante uni dengan seorang pria namanya Fasial dia juga dari Padangi, kalau ga
ada halangan Insya Allah bulan depan Uni nikah dengan Uda Faisal.” Saya
terkejut “Bulan depan uni? Yakin? Ga
terlalu cepat tuh? Uni dah kenal ma dia? Uni balas dengan senyuman, sambil
mengelus kepala saya “iya sayang, bulan
depan uni nikah. Uni yakin Uda Faisal jodoh uni dan uni yakin tante uni pasti
sudah memilihkan yang terbaik buat uni. Nanti kamu harus datang ya.. wajib..”
sambil cengegesan saya jawab “ siap Bos”.
Pernikahan yang sederhana, uni cantik sekali dengan balutan
pakaian adat khas minang. Kebahagiaan tercipta di awal-awal pernikahan sangat
indah. Hingga bulan bersiap berganti tahun dan aku tak bertemu dengan uni.
Suatu kali kami bertemu aku sedikit sedih melihat uni, tubuh uni kurus sekali tapi
senyum itu tetap ada menemani langkahnya. Lama bercakap akhirnya uni meluapkan
segala gelisah, derita, sesak di dadanya selama ini. “ Mela rasanya ga tahan lagi dengan semua ini, apa saja yang dilakukan
mela selalu salah”. Ahhh bulir air mata menetes dipipinya. Beberapa hari
setelah resepsi pernikahan, Uni mela diboyong ke rumah uda Faisal mereka hidup
bertiga dengan Bunda uda faisal. Awal biasa-biasa saja lama-lama ada ketidak
cocokan yang tercipta dari kebiasaan kecil bisa menjadi kemarahan bunda. Bunda
adalah sosok yang perfeksionis, ia mengasuh uda dari kecil sendirian karena
suami bunda meninggalkan bunda entah kemana. Hal itulah yang membuat bunda
ingin selalu yang tebaik untuk anaknya. Hal-hal kecil menjadi sebuah komentar
seperti membereskan tempat tidur, mematikan lampu dll. Uni mela memang tak
terlalu bisa masak hal itu pun yang menyulut ketidak senangan Bunda.
Pada suatu hari.. bunda pernah marah besar dan mengatakan “Saya menyesal mengambil kamu sebagai
menantu..”. Uni Mela hanya bisa menangis dan memendam perasaan tersebut.
Setiap ia cerita ke uda, uda selalu menyalahkan dan memarahinya. Setiap ada
pertengkaran dengan uda, bunda selalu menyalahkannya dan ia merasa semakin
terpojok. Memendam dan mencoba intropeksi diri serta mencoba memperbaiki diri,
ia meningkatkan kualitasnya dan mencoba mengikuti ritme hidup Bunda. Ahh,
walaupun masih ada kata-kata yang menyakitkan dan ia rasa kondisi ia akan
semakin terpojok saat ia hanya menjadi ibu rumah tangga akhirnya uni memutuskan
bekerja dengan izin uda.
Bunda pun setuju dengan keputusan uni dan mengiyakan untuk mengasuh
Nabila saat uni bekerja. Awalnya bisa uni jalani tapi lama ke lamaan ia tak
sanggup karena pagi uni harus beres-beres rumah lalu langsung berangkat kerja,
sore pulang kerja, Bunda langsung menyerahkan Nabila pada Uni belum kering
keringat mengalir dikening. Ia harus mengasuh Nabila, beres-beres rumah,
mencuci baju dan piring. Rutinitas yang harus dijalani, entahlah pertengkaran
besar mana yang membuat rumah tangga itu retak.
Pasti sakit sekali hati uni, selain uni merasa hancurnya atas
perceraian, Nabila gadis kecilnya yang berusia 2 tahun kini ada ditangan ibu
mertuanya, 3 bulan semenjak perceraian tersebut ia tak dapat melihat anaknya.
Sakit.
Tak terasa air mata jatuh dipipiku. Bergumaku dalam hati “ Bagaimana dengan ibu mertuaku nanti…
semoga ia orang yang baik dan aku dapat menjadi menantu yang baik untuknya..
ada perasaan takut terbesit dihatiku.” Kembali ku teringat pertemuanku
dengan Lara beberapa hari yang lalu, Lara bercerita sedikit tentang kehidupan
rumah tangganya “ Aku sama suamiku baik-baik
saja ris, tapi entahlah mencari kecocokan dengan ibu mertuaku semakin sulit. Awal
kami menikah ia amat baik tapi sekarang ini dia sepertinya mengatur kehidupanku
dan suamiku, aku tak nyaman seperti ini dan akhirnya ku pilih untuk diam, aku
tak mau bertengkar dengan suamiku hanya karena hal ini”. Dalam lamunan
panjangku tiba-tiba hp ku bergetar drettt..drettt..drettt…
ternyata ada sms masuk dari seseorang yang kurindukan Teh Sasti.. Assalamualaikum, pa kabar soleha? Lagi sibuk
apa sekarang? InsyaAllah pekan depan teteh mau main ke Bogor.. kita ketemu yuk?
J lalu segera ku
balas sms itu Walaikumsalam, alhamdulilah
baik teh, teteh gmana? Biasa teh, sibuk amanah kampus, ngurusin umat.. hehehe..
Asiiik, jangan lupa oleh2 ya teh.. Mau ketemu dmana teh? Sms tersebut
kukirim dan tak beberapa lama hp ku bergetar kembali balasan dari Teh Sasti Teteh juga baik sayang, di mesjid kampus aza
cz teteh ada urusan bentar ke kampus tapi ‘afwan kita ketemunya Cuma bentar ya
sayang cz teteh harus meneruskan perjalanan ke cianjur. Peluk sayang dari
teteh,, sayang slalu karena Allah :* . Ahhh Teh Sasti selalu seperti itu,
membuat hatiku meleleh, segera ku balas Iya
teteh sayang.. Ku juga mencintaimu karena Allah..Barakallah :*.
Hari yang ditunggupun tiba, pertemuan dengan Teh Sasti
diberanda mesjid tercinta. Senyum terlukis di bibirnya, ku sapa senyum itu
dengan teriakan ku yang membahana “Assalamualaikum,,,
teteh kangggennnn……” ku peluk tubuhnya dan jabatan tangan kami yang tak
ingin ku lepas… dengan lembut ia membelai kepalaku “teteh juga kangen sama risma, tambah cantik aza adik teteh satu ini..”
pipiku merah merona tersipu malu “ahhh, teteh bisa aza, teteh tuh yang tambah
cantik…” setelah bertukar kabar dan aktivitas, aku bertanya pada dirinya
tentang mertua.. sesuatu yang menjadi pikiranan ku seminggu yang lalu. “teteh, aku boleh naya?” dengan wajah
yang sedikit ragu-ragu, ku lontarkan kalimat izin bertanya itu.. Dengan senyum
iya menjawab “iya, boleh sayang. Mang mau
naya apa? Ayoo…” ku tertawa kecut “hehehe…
Teh, gmana rasanya hidup dengan mertua? Dan bagaimana hubungan teteh dengan ibu
mertua teteh?”
Teteh, menggoyang-goyangkan jari telunjuknya “ehmmm, ayo Risma lagi ta’aruf ya…?” dengan
tangan yang mengisyaratkan tidak, ku jawab “ga
teteh sayang, aku Cuma naya doang? Aamiin mau nikah.. tapi nanti wong Rismanya
belom siap masih kayak anak kecil gini.. kemaren dapat dikit curhatan temen aza
sekarang mau lihat versi teteh..”. Ia menjawab “ooo…. Alhamdulilah hubungan teteh dengan ibu mertua baik, teteh banyak
dapat pelajaran dari beliau. Awalnya canggung dek, apalagi kita tinggal dengan
orang yang baru kita kenal. Tapi lama-lama setelah mendalami karakter akhirnya
menemukan titik temu keserasian. Alhamdulilah sekarang teteh bantu-bantu dikit, mengisi ta’lim ibu-ibu di
rumah mengantikan ummi kalau ummi berhalangan untuk mengisi.” Ku jawab “ahhh, enak ya jadi teteh mertuanya baik…
aku sedih teh dengar kisah beberapa temanku dengan ibu mertuanya. Mengapa sih
teh bisa ada hubungan yang kurang baik antara menantu dan ibu mertuanya?
Wajah teduh itu mulai memberikan petuah padaku “ sayang, mertua itu adalah rejeki,,, kelebihan dan kekurangannya merupakan
hal yang harus kita syukuri. Selalu ingat bahwa beliau adalah perempuan yang
membuat pria yang kau cintai itu terlahir kedunia. Merawatnya, mendidiknya,
membesarkanya dengan cinta dan kasih sayang. Terkadang memang ada beberapa ibu
yang belum siap melepaskan dirinya dari anaknya, apalagi dia anak pria satu-satunya..
Secara tidak sengaja ibu mertua akan
mengatur kebutuhan anaknya dan ingin anaknya mendapatkan yang terbaik. Ini tak
hanya dari segi ibu mertua saja tapi peran istri dan suami pun berpengaruh.
Kadang sebagai istri, ingin menjadi satu-satunya perempuan yang dicintai oleh
pria yang ia cintai bahkan ada cemburu yang berlebihan termasuk cemburu pada
ibu pria tersebut. Disisi lain suami, ini yang mengambil peran penting ia harus
benar-benar menempatkan diri karena banyak masalah yang terjadi disebabkan suami
tidak tahu bagaimana menyatukan antara kewajibannya kepada istri dan anak,
serta kewajibannya terhadap orang tua.”
Aku manggut-manggut
pertanda mengerti, dalam hati ku berujar “ dapat kajian pranikah nih hehe..” lalu ku bertanya lagi ke teteh “ benar ya teh.. ehmmm teh, apa yang bisa
kita lakukan untuk mendapatkan hati mertua? Hehehe ceritanya sambil menyelam
minum air, sekalian bergurulah aku pada yang berpengalaman..” dijawabnya
dengan menyentuh kerudungku.. “ Dasar..
katanya anak kecil.. Gini dek, setiap ibu pasti ingin yang terbaik untuk
anaknya.. apalagi sekarang anaknya telah bersama perempuan selain dia pasti dia
akan menilai seperti apa perempuan yang akan mendampingi anaknya. Yang pertama,
berakhlaqlah yang baik, lembah lembut, rendah hati, berkata baik.. Ingat yang
kamu lakukan tersebut tak hanya dapat penilaian dari mertuamu saja yang
terpenting penilaian Allah. Kedua, Rajin mengunjungi dan memberi hadiah,
mengunjungi kalau kamu tak tinggal dengan mertuamu, sekedar telepon tanya
kabarpun tak masalah, beri beliau hadiah, walaupun harganya tak mahal seperti
buah kesukaannya bila diberikan dengan ke ikhlasan pasti akan melembutkan
hatinya. Ketiga, meminta nasehat, kebanyakan ibu mertua senang dimintai
pendapat karena beliau merasa lebih berpengalaman menghadapi masalah kehidupan.
Atau curhat sedikit tentang suami dalam suasana yang menyenangkan dan kau akan
lebih mengenal karakter suamimu secara mendalam dari ibunya. Keempat, menjaga
keharmonisan rumah tangga, karena itu akan menimbulkan ketenangan dalam hatinya hal itu terjadi
karena ia yakin anaknya hidup bahagiaqa. Bila timbul pertengkaran diantara
kalian, ibu mertua akan cendrung mengambil kesimpulan bahwa menantu yang
melakukan kesalahan. Gitu dek, Sayangilah mertuamu seperti kamu mencintai mamamu.”
Ku balas dengan senyuman,,”iya teh”. Lalu ia menambahkan “
Ada satu hadist Rasulullah yang harus kamu ingat, Aisyah ra berkata “aku
bertanya kepada Rasulullah saw,’manusia mana yang lebih besar haknya kepada
wanita?’ Rasul menjawab, ‘suaminya’. Aisyah bertanya lagi,’wanita mana yang
lebih besar haknya pada laki-laki?’ Rasul menjawab, ‘ibunya’.” (HR. Al Hakim).
Begitu cinta.. Bantulah suamimu untuk terus berbakti pada orang tuanya
janganlah kita menjadi perempuan yang menghalang-halangi kasih sayang itu.
Teteh doakan, semoga risma nanti mendapatkan seorang pria yang soleh dan
mencintai risma karena Allah serta hubungan risma dan mertua akan baik, saling
mencintai dan berbagi. Ku peluk tetehku itu dan ku katakan “aamiin, jazakillah teteh,, atas petuahnya..
doa itu pun untukmu dan semoga teteh segera dapat momongan. Ia jawab “ Waiyakki,aamiin, aamiin ya Allah…”.
Pertemuan singkat itu.. menyejukan hatiku, tak terasa hati
ini basah. Benar adanya mertuaku adalah ladang pahalaku, mertuaku adalah
orangtuaku, mertuaku adalah guruku.. Terbesit dihatiku “bisakah aku menjadi menantu idaman, yang tak hanya bisa mengaet hati
anaknya tapi juga ibunya.. tentunya bukan dengan sok-sok manis tapi dengan,
tapi dengan apa ayo??. Hehe”. Hanya bisa mempersiapkan diri saja.. ehmmm kapan ya bisa ketemu ibu mertuaku...?
hohoho.. aku senyum-senyum sendiri pada perjalanan menuju kosanku ya…
kosanku surgaku.. ^^
Rinai Maret, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar