Kamis, 07 Maret 2013

Menantu Idaman



Setiap menghadiri acara akad nikah selalu ada senyum haru yang tercipta, apalagi saat proses Ijab Qabul dimulai wuahhh seperti air mata ingin meluncur saja. Tiba-tiba dalam kesyahduan ada yang menyapa “Risma…” ku arahkan pandanganku pada suara itu, ternyata Uni Mela, ku sapa ia,,, “Uni, kangeennn… pa kabar?” tergurat senyum diwajahnya “alhamdulilah baik, risma gmana? Dah lama ya kita ga ketemu terakhir saat pernikahan Rara di Jakarta.”

Ku jawab “alhamdulilah baik Uni, iya nih dah lama ga ketemu.” Pesta pernikahan seperti ajang reuni dengan sahabat lama karena jarak dan kegiatan yang menemani hari rasanya kalimat perjumpaan itu sulit dilantunkan. Lalu ku tanya ia lagi “ Uni, Uda Faisal sama Si kecil Nabila mana?” ahhh, sepertinya pertanyaanku tadi salah tiba-tiba wajah cerianya mendung dan ia terdiam beberapa saat “ Nabila ga datang risma, dia sama Ayahnya.. risma ga tau ya?” ku jawab “ga tau apa uni?”

Uni Mela menarik nafas yang amat dalam, sepertinya banyak kata yang tersekat di rongga dadanya “ Uni dah pisah dari uda, dan sekarang nabila tinggal bersama uda.” Aku terdiam sejenak tak bisa berkata-kata “ inalilahi, sabar ya Uni.. aku bener-bener ga tau…. Sabar ya Uni..” aku tak bisa berkata-kata lagi, takut menggali luka dihatinya, dengan senyum dan mata berkaca-kaca ia menjawab “ Ga apa-apa sayang, Doakan semoga Uni kuat”.

Ku balas dengan senyuman dan elusan lembut dipundaknya, dalam hati ku berujar “ Uni tegar ya, Allah pasti telah mempersiapkan jalan terbaik buat Uni.”

Setelah meninggalkan riuh bahagianya pesta pernikahan, pikiranku berputar ke memori masa lalu, saat bersama Uni Mela. Melihat ekspresi bahagianya saat mengkabarkan pernikahannya. “ Uni, mau nikah Risma?” saya terkejut, ga ada hujan dan angin tiba-tiba Uni berbicara hal tersebut. “Wah, Barakallah.. kok ga ada kabar si Uni,,, tiba-tiba mau nikah aza?” ia menjawab “seminggu yang lalu, uni dijodohkan sama tante uni dengan seorang pria namanya Fasial dia juga dari Padangi, kalau ga ada halangan Insya Allah bulan depan Uni nikah dengan Uda Faisal.” Saya terkejut “Bulan depan uni? Yakin? Ga terlalu cepat tuh? Uni dah kenal ma dia? Uni balas dengan senyuman, sambil mengelus kepala saya “iya sayang, bulan depan uni nikah. Uni yakin Uda Faisal jodoh uni dan uni yakin tante uni pasti sudah memilihkan yang terbaik buat uni. Nanti kamu harus datang ya.. wajib..” sambil cengegesan saya jawab “ siap Bos”.

Pernikahan yang sederhana, uni cantik sekali dengan balutan pakaian adat khas minang. Kebahagiaan tercipta di awal-awal pernikahan sangat indah. Hingga bulan bersiap berganti tahun dan aku tak bertemu dengan uni. Suatu kali kami bertemu aku sedikit sedih melihat uni, tubuh uni kurus sekali tapi senyum itu tetap ada menemani langkahnya. Lama bercakap akhirnya uni meluapkan segala gelisah, derita, sesak di dadanya selama ini. “ Mela rasanya ga tahan lagi dengan semua ini, apa saja yang dilakukan mela selalu salah”. Ahhh bulir air mata menetes dipipinya. Beberapa hari setelah resepsi pernikahan, Uni mela diboyong ke rumah uda Faisal mereka hidup bertiga dengan Bunda uda faisal. Awal biasa-biasa saja lama-lama ada ketidak cocokan yang tercipta dari kebiasaan kecil bisa menjadi kemarahan bunda. Bunda adalah sosok yang perfeksionis, ia mengasuh uda dari kecil sendirian karena suami bunda meninggalkan bunda entah kemana. Hal itulah yang membuat bunda ingin selalu yang tebaik untuk anaknya. Hal-hal kecil menjadi sebuah komentar seperti membereskan tempat tidur, mematikan lampu dll. Uni mela memang tak terlalu bisa masak hal itu pun yang menyulut ketidak senangan Bunda.

Pada suatu hari.. bunda pernah marah besar dan mengatakan “Saya menyesal mengambil kamu sebagai menantu..”. Uni Mela hanya bisa menangis dan memendam perasaan tersebut. Setiap ia cerita ke uda, uda selalu menyalahkan dan memarahinya. Setiap ada pertengkaran dengan uda, bunda selalu menyalahkannya dan ia merasa semakin terpojok. Memendam dan mencoba intropeksi diri serta mencoba memperbaiki diri, ia meningkatkan kualitasnya dan mencoba mengikuti ritme hidup Bunda. Ahh, walaupun masih ada kata-kata yang menyakitkan dan ia rasa kondisi ia akan semakin terpojok saat ia hanya menjadi ibu rumah tangga akhirnya uni memutuskan bekerja dengan izin uda.

Bunda pun setuju dengan keputusan uni dan mengiyakan untuk mengasuh Nabila saat uni bekerja. Awalnya bisa uni jalani tapi lama ke lamaan ia tak sanggup karena pagi uni harus beres-beres rumah lalu langsung berangkat kerja, sore pulang kerja, Bunda langsung menyerahkan Nabila pada Uni belum kering keringat mengalir dikening. Ia harus mengasuh Nabila, beres-beres rumah, mencuci baju dan piring. Rutinitas yang harus dijalani, entahlah pertengkaran besar mana yang membuat rumah tangga itu retak.  Pasti sakit sekali hati uni, selain uni merasa hancurnya atas perceraian, Nabila gadis kecilnya yang berusia 2 tahun kini ada ditangan ibu mertuanya, 3 bulan semenjak perceraian tersebut ia tak dapat melihat anaknya. Sakit.

Tak terasa air mata jatuh dipipiku. Bergumaku dalam hati “ Bagaimana dengan ibu mertuaku nanti… semoga ia orang yang baik dan aku dapat menjadi menantu yang baik untuknya.. ada perasaan takut terbesit dihatiku.” Kembali ku teringat pertemuanku dengan Lara beberapa hari yang lalu, Lara bercerita sedikit tentang kehidupan rumah tangganya “ Aku sama suamiku baik-baik saja ris, tapi entahlah mencari kecocokan dengan ibu mertuaku semakin sulit. Awal kami menikah ia amat baik tapi sekarang ini dia sepertinya mengatur kehidupanku dan suamiku, aku tak nyaman seperti ini dan akhirnya ku pilih untuk diam, aku tak mau bertengkar dengan suamiku hanya karena hal ini”. Dalam lamunan panjangku tiba-tiba hp ku bergetar drettt..drettt..drettt… ternyata ada sms masuk dari seseorang yang kurindukan Teh Sasti.. Assalamualaikum, pa kabar soleha? Lagi sibuk apa sekarang? InsyaAllah pekan depan teteh mau main ke Bogor.. kita ketemu yuk? J lalu segera ku balas sms itu Walaikumsalam, alhamdulilah baik teh, teteh gmana? Biasa teh, sibuk amanah kampus, ngurusin umat.. hehehe.. Asiiik, jangan lupa oleh2 ya teh.. Mau ketemu dmana teh? Sms tersebut kukirim dan tak beberapa lama hp ku bergetar kembali balasan dari Teh Sasti Teteh juga baik sayang, di mesjid kampus aza cz teteh ada urusan bentar ke kampus tapi ‘afwan kita ketemunya Cuma bentar ya sayang cz teteh harus meneruskan perjalanan ke cianjur. Peluk sayang dari teteh,, sayang slalu karena Allah :* . Ahhh Teh Sasti selalu seperti itu, membuat hatiku meleleh, segera ku balas Iya teteh sayang.. Ku juga mencintaimu karena Allah..Barakallah :*.

Hari yang ditunggupun tiba, pertemuan dengan Teh Sasti diberanda mesjid tercinta. Senyum terlukis di bibirnya, ku sapa senyum itu dengan teriakan ku yang membahana “Assalamualaikum,,, teteh kangggennnn……” ku peluk tubuhnya dan jabatan tangan kami yang tak ingin ku lepas… dengan lembut ia membelai kepalaku “teteh juga kangen sama risma, tambah cantik aza adik teteh satu ini..” pipiku  merah merona tersipu malu “ahhh, teteh bisa aza, teteh tuh yang tambah cantik…” setelah bertukar kabar dan aktivitas, aku bertanya pada dirinya tentang mertua.. sesuatu yang menjadi pikiranan ku seminggu yang lalu. “teteh, aku boleh naya?” dengan wajah yang sedikit ragu-ragu, ku lontarkan kalimat izin bertanya itu.. Dengan senyum iya menjawab “iya, boleh sayang. Mang mau naya apa? Ayoo…” ku tertawa kecut “hehehe… Teh, gmana rasanya hidup dengan mertua? Dan bagaimana hubungan teteh dengan ibu mertua teteh?”

Teteh, menggoyang-goyangkan jari telunjuknya “ehmmm, ayo Risma lagi ta’aruf ya…?” dengan tangan yang mengisyaratkan tidak, ku jawab “ga teteh sayang, aku Cuma naya doang? Aamiin mau nikah.. tapi nanti wong Rismanya belom siap masih kayak anak kecil gini.. kemaren dapat dikit curhatan temen aza sekarang mau lihat versi teteh..”. Ia menjawab “ooo…. Alhamdulilah hubungan teteh dengan ibu mertua baik, teteh banyak dapat pelajaran dari beliau. Awalnya canggung dek, apalagi kita tinggal dengan orang yang baru kita kenal. Tapi lama-lama setelah mendalami karakter akhirnya menemukan titik temu keserasian. Alhamdulilah sekarang teteh  bantu-bantu dikit, mengisi ta’lim ibu-ibu di rumah mengantikan ummi kalau ummi berhalangan untuk mengisi.” Ku jawab “ahhh, enak ya jadi teteh mertuanya baik… aku sedih teh dengar kisah beberapa temanku dengan ibu mertuanya. Mengapa sih teh bisa ada hubungan yang kurang baik antara menantu dan ibu mertuanya? Wajah teduh itu mulai memberikan petuah padaku “ sayang, mertua itu adalah rejeki,,, kelebihan dan kekurangannya merupakan hal yang harus kita syukuri. Selalu ingat bahwa beliau adalah perempuan yang membuat pria yang kau cintai itu terlahir kedunia. Merawatnya, mendidiknya, membesarkanya dengan cinta dan kasih sayang. Terkadang memang ada beberapa ibu yang belum siap melepaskan dirinya dari anaknya, apalagi dia anak pria satu-satunya.. Secara tidak sengaja ibu mertua  akan mengatur kebutuhan anaknya dan ingin anaknya mendapatkan yang terbaik. Ini tak hanya dari segi ibu mertua saja tapi peran istri dan suami pun berpengaruh. Kadang sebagai istri, ingin menjadi satu-satunya perempuan yang dicintai oleh pria yang ia cintai bahkan ada cemburu yang berlebihan termasuk cemburu pada ibu pria tersebut. Disisi lain suami, ini yang mengambil peran penting ia harus benar-benar menempatkan diri karena banyak masalah yang terjadi disebabkan suami tidak tahu bagaimana menyatukan antara kewajibannya kepada istri dan anak, serta kewajibannya terhadap orang tua.”

Aku manggut-manggut  pertanda mengerti, dalam hati ku berujar “ dapat kajian pranikah nih hehe..” lalu ku bertanya lagi ke teteh “ benar ya teh.. ehmmm teh, apa yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan hati mertua? Hehehe ceritanya sambil menyelam minum air, sekalian bergurulah aku pada yang berpengalaman..” dijawabnya dengan menyentuh kerudungku.. “ Dasar.. katanya anak kecil.. Gini dek, setiap ibu pasti ingin yang terbaik untuk anaknya.. apalagi sekarang anaknya telah bersama perempuan selain dia pasti dia akan menilai seperti apa perempuan yang akan mendampingi anaknya. Yang pertama, berakhlaqlah yang baik, lembah lembut, rendah hati, berkata baik.. Ingat yang kamu lakukan tersebut tak hanya dapat penilaian dari mertuamu saja yang terpenting penilaian Allah. Kedua, Rajin mengunjungi dan memberi hadiah, mengunjungi kalau kamu tak tinggal dengan mertuamu, sekedar telepon tanya kabarpun tak masalah, beri beliau hadiah, walaupun harganya tak mahal seperti buah kesukaannya bila diberikan dengan ke ikhlasan pasti akan melembutkan hatinya. Ketiga, meminta nasehat, kebanyakan ibu mertua senang dimintai pendapat karena beliau merasa lebih berpengalaman menghadapi masalah kehidupan. Atau curhat sedikit tentang suami dalam suasana yang menyenangkan dan kau akan lebih mengenal karakter suamimu secara mendalam dari ibunya. Keempat, menjaga keharmonisan rumah tangga, karena itu akan menimbulkan  ketenangan dalam hatinya hal itu terjadi karena ia yakin anaknya hidup bahagiaqa. Bila timbul pertengkaran diantara kalian, ibu mertua akan cendrung mengambil kesimpulan bahwa menantu yang melakukan kesalahan. Gitu dek, Sayangilah mertuamu seperti kamu mencintai mamamu.”

Ku balas dengan senyuman,,”iya teh”. Lalu ia menambahkan “ Ada satu hadist Rasulullah yang harus kamu ingat, Aisyah ra berkata “aku bertanya kepada Rasulullah saw,’manusia mana yang lebih besar haknya kepada wanita?’ Rasul menjawab, ‘suaminya’. Aisyah bertanya lagi,’wanita mana yang lebih besar haknya pada laki-laki?’ Rasul menjawab, ‘ibunya’.” (HR. Al Hakim). Begitu cinta.. Bantulah suamimu untuk terus berbakti pada orang tuanya janganlah kita menjadi perempuan yang menghalang-halangi kasih sayang itu. Teteh doakan, semoga risma nanti mendapatkan seorang pria yang soleh dan mencintai risma karena Allah serta hubungan risma dan mertua akan baik, saling mencintai dan berbagi. Ku peluk tetehku itu dan ku katakan “aamiin, jazakillah teteh,, atas petuahnya.. doa itu pun untukmu dan semoga teteh segera dapat momongan. Ia jawab “ Waiyakki,aamiin, aamiin ya Allah…”.

Pertemuan singkat itu.. menyejukan hatiku, tak terasa hati ini basah. Benar adanya mertuaku adalah ladang pahalaku, mertuaku adalah orangtuaku, mertuaku adalah guruku.. Terbesit dihatiku “bisakah aku menjadi menantu idaman, yang tak hanya bisa mengaet hati anaknya tapi juga ibunya.. tentunya bukan dengan sok-sok manis tapi dengan, tapi dengan apa ayo??. Hehe”. Hanya bisa mempersiapkan diri saja.. ehmmm kapan ya bisa ketemu ibu mertuaku...? hohoho.. aku senyum-senyum sendiri pada perjalanan menuju kosanku ya… kosanku surgaku.. ^^

Rinai Maret, 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar