Selasa, 05 Maret 2013

Angkot

Saya tak tau persisnya ekspresi wajah saya di angkot tadi, syok selama hampir 3 windu saya ada di dunia ini baru pertama saya melihat orang meludah didalam angkot dan bukan ludah dibuang keluar tapi diludahkan dilantai angkot. Terasa asam lambung saya meningkat, perut saya berguncang seperti makanan yang saya makan tadi pagi siap meluncur keluar, pikir saya saat itu  Jorok banget... Maafkan,  hamba ya Allah yang tak bisa mengontrol hati.

Hal yang membuat saya makin ga bisa berfikir tenang, pelakunya adalah seorang perempuan dan sedang menggendong anaknya yang berusia 2 tahun. Ahh, ayolah ibu jadi contoh yang baik bagi anakmu.  Mencoba berpositif thingking  mungkin tenggorokannya sangatlah gatal seperti ada paku yang menusuk-nusuk tengorokannya hingga tak tahan lagi untuk dikeluarkan. Tapi kalau gatal pasti pada saliva nya itu ada sputum yang berwarna hijau, gatel itu kan karena adanya bakteri (Sotoy tingkat dewa). Apapun alasannya itu tidak sopan. Mungkin Ibu tersebut miliki pendidikan yang kurang dan lingkungannya yang membentuk seperti itu tapi pasti ada sisi lain dari ibu itu kebaikan yang tersembunyi yang tidak saya tau. Saya terfikir pada anak yang digendongannya, anak akan menduplikasi apa yang ia lihat dan rasa, bagai spons yang menyerap air. Allah, saya melihat diri saya kembali bisakah menjadi contoh yang baik untuk anak-anak saya nanti.

Cukup berkomentar tentang orang lain, kembali ke lahan intropeksi diri karena manusia akan melihat kita pada kata, prilaku dan tulisan. Tapi pada Moment tertentu kata adalah kamuflase yang dengan izinnya Allah tutup segala aib-aib kita. Tak ada hari tanpa memperbaiki diri, karena setiap detik yang terlewati adalah ladang ibadah kita.. Saya dengan lakon yang saya mainkan, bagaikan pemain peran dalam pentas kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar