Dan kebun-kebun yang lebat?
( QS An Naba : 16 )
Tumbuhan
asli timur tengah ini menyimpan berjuta manfaat kesehatan. Nikmati
kesegarannya secara rutin, tubuh sehat imbalannya. Alfalfa memang belum
begitu populer di kalangan masyarakat kita. Maklum saja, selain asalnya
yang memang jauh dari negara subtropis, alfalfa impor yang tersedia di
pasaran pun masih sangat terbatas dengan harga yang cukup tinggi pula.
Di negara-negara Eropa, tumbuhan ini biasa digunakan untuk pakan ternak bermutu tinggi. Dan ternyata, tidak hanya bermanfaat bagi ternak, kandungan klorofil alfalfa pun mempunyai berbagai manfaat bagi kesehatan manusia.
Di negara-negara Eropa, tumbuhan ini biasa digunakan untuk pakan ternak bermutu tinggi. Dan ternyata, tidak hanya bermanfaat bagi ternak, kandungan klorofil alfalfa pun mempunyai berbagai manfaat bagi kesehatan manusia.
Khasiat tanaman dengan nama latin Medicago sativa
ini bagi kesehatan manusia memang telah diteliti oleh banyak ahli
kesehatan dunia. Menurut Dr. Ir. H. Nugroho W. Dipl. WRD, M.Eng.,
seorang pembudidaya alfalfa di kawasan Boyolali, Jateng, kandungan
protein alfalfa sangat tinggi, “Proteinnya, ini hasil analisa pangan ya,
kalau ditotalkan, hasilnya 32%. Menyamai kedelai. Kedelai ‘kan 45.”
Kandungan Gizi Lengkap
Konon
kandungan gizi alfalfa merupakan yang terlengkap di antara semua
tumbuhan. Hampir semua zat gizi yang bermanfaat bagi kesehatan
terkandung di dalam tumbuhan yang termasuk keluarga kacang-kacangan ini.
Sebut saja mineral. Mineral unggulan berupa kalsium, besi, magnesium,
fosfor, tembaga, dan seng terkandung di dalamnya. Vitaminnya, mulai dari
vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, C, K, hingga asam folat juga ada. Tidak
heran, tumbuhan ini dikenal sebagai bapak dari segala tanaman.
Seperti
yang dikemukakan Prof. Dr. Made Astawan, ahli Teknologi Pangan dan Gizi
IPB dalam sebuah literatur, alfalfa mengandung komponen-komponen yang
bersifat fungsional bagi tubuh, seperti saponin, sterol, flavonoid,
kumarin, alkaloid, vitamin, asam amino, gula, protein, mineral, dan
serat dalam jumlah yang cukup banyak. Saponin yang terkandung dalam akar
alfalfa ini dapat menghambat peningkatan kolesterol pada darah hewan
uji.
Juga
menurut Made, Vitamin K yang terkandung dalam 100 g alfalfa dapat
memenuhi 38% dari total kebutuhan tubuh dalam sehari. Vitamin K sangat
penting untuk pembentukan protein, penggumpalan darah, dan sebagai zat
antihemolitik saat pendarahan. Menegaskan hal tersebut, “Kalau ada luka
tersayat, ditaburi saja dengan serbuk atau cairan (alfalfa) ini, dalam
hitungan detik (lukanya) langsung menutup,” ungkap Nugroho.
Mendampingi
kandungan zat gizi lengkapnya, klorofil alfalfa juga amat penting.
Kandungan klorofil alfalfa yang mencapai empat kali klorofil tanaman
lain, berdasarkan beberapa literatur. Klorofil ini memberikan manfaat
kesehatan di antaranya membantu mengeluarkan racun tubuh, menyeimbangkan
kadar asam- basa dalam tubuh, meningkatkan jumlah sel darah merah,
membuat kulit sehat dan awet muda, serta meningkatkan kekebalan tubuh
(AGRINA Edisi 75, 15 April 2008).
Terbukti
bermanfaat sebagai antikanker (AGRINA Edisi 83, 5 Agustus 2008),
berbagai penelitian yang dilakukan beberapa ahli kesehatan pun
membuktikan bahwa alfalfa berkhasiat mengatasi berbagai macam penyakit.
“Manfaatnya bagi kesehatan sebenarnya cukup banyak, mengingat fungsinya
dalam menangkal radikal bebas,” ujar Nugroho.
Dari
banyak manfaat yang diungkapkan, di antaranya mencegah radang sendi dan
rematik, menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan risiko serangan stroke dan menghambat penurunan fungsi syaraf, mengatasi kelelahan, mengurangi bahaya merokok, serta menghambat penuaan.
Teh, Serbuk Instan, dan Madu
Di
negara-negara Amerika dan Australia, daun alfalfa muda segar sering
dicampurkan dalam salad. Di China sudah digunakan sebagai obat herbal
atau sebagai campuran sup. Di Indonesia sendiri, daun alfalfa segar
impor juga telah dijual di beberapa pasar swalayan besar.
Berita
baiknya adalah kini alfalfa sudah dibudidayakan di negeri sendiri. Di
kawasan Boyolali, Jateng, kebun alfalfa tropis seluas 5 ha telah
dikembangkan sejak 2003. “Sekarang ini tanamannya sudah stabil, sudah
sampai F7 (keturunan ketujuh),” papar Nugroho.
Budidaya
alfalfa yang telah dapat dilakukan di dalam negeri ini pula yang
membuka peluang dalam pembuatan minuman kesehatan berbahan dasar alfalfa
berupa teh dan serbuk. Perbedaan keduanya, “Kalau yang serbuk instan,
yang diambil proteinnya saja, klorofilnya tidak terlalu banyak.
Sedangkan teh, itu yang diminum ‘kan cairan klorofilnya,” tambah Dosen
Universitas Wachid Hasyim, Semarang ini.
Lain
dengan bentuk minuman berupa teh dan serbuk, madu alfalfa merupakan
campuran dari 50% madu murni dengan 50% ekstrak alfalfa. Manfaat yang
diberikan tentunya bertambah lagi. “Ini bisa dibilang madu plus ya.
Madunya sendiri ‘kan sudah berkhasiat, ditambah lagi alfalfa dengan
antioksidannya,” Nugroho berpromosi.
Konsumsi
teh daun alfalfa sebaiknya tanpa tambahan gula. Namun bila mengonsumsi
dalam bentuk tidak masalah jika menggunakan gula. Karena, “Klorofil
bereaksi dengan gula, sedangkan protein ‘kan tidak bereaksi. Tanpa gula
pun tehnya sudah nikmat,” papar peneliti alfalfa sejak 2003 ini. Seperti
menyeduh teh pada umumnya, “Sebaiknya jangan terlalu panas. Cukup 70ÂșC
saja, selama 5 menit. Itu klorofilnya akan tertarik keluar. Diminum saat
hangat lebih baik,” sarannya.
Teh
ini dianjurkan dikonsumsi sebanyak dua cangkir per hari. Aroma teh
berwarna kehijauan ini memang masih sangat alami. Dengan rasa yang
sedikit sepat, teh ini menebar aroma daun yang segar, dan tidak pahit
seperti teh hijau pada umumnya. Bahkan, dalam bentuk kering saat teh
belum diseduh pun, aroma segar tersebut sudah tercium.
“Alfalfa
ini perlu lebih diperkenalkan lagi ke masyarakat. Baik untuk pangan,
obat-obatan, bahkan untuk pakan. Ini (tanaman yang) bermutu sekali,”
tandas Nugroho. Ia menambahkan, alfalfa akan dikembangkan menjadi
berbagai produk kecantikan seperti lulur, dan pemanfaatan kecambahnya
sebagai sayuran segar.
Renda Diennazola dalam http://www.alfalfa-indonesia.com/2012/02/nikmati-ragam-khasiat-alfalfa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar