berhati-hatilah saat melewati masa muda penuh warna
oleh Rahma Agustia (Catatan) pada 3 Desember 2011 pukul 19:36
Alkisah...
“Tetap istiqomah, Ukhti… semangat. Semoga Allah menyertai anti.” Sender : Ikhwan +62817xxx
Senyum timbul dari cakrawalanya dengan malu-malu. Serasa ada hangat
menyelusup dada dan membuat jantung berdegup lebih cepat. Otaknya pun
sekejap bertanya, “Ada apa?”, “Sungguh, bukan apa-apa. Aku hanya senang
karena ada saudara yang menyemangatiku.” Si akhwat menyangkal hatinya
cepat-cepat. Ia berlari sambil membawa sekeping rasa bahagia membaca sms
tadi yang sebagian besar bukan karena isinya, melainkan karena nama
pengirimnya.
“Ana lagi di ......., Ukhti. Doakan kami bisa memperjuangkan ini.” Sender : Ikhwan +628179823xxx
Untuk apa dia memberitahukan ini padaku. Bukankah banyak ikhwan atau
akhwat lain? Nada protes bergema di benaknya. Tapi di suatu tempat,
entah di mana ada derak-derak yang berhembus lalu. Derak samar bangga
menjadi perempuan yang terpilih yang di-sms-nya.
Pagi itu, handphone kesayangannya berbunyi. “Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti.”
Dada membuncah hampir meledak bahagia. “Dia bahkan ingat hari lahirku!”
Dibacanya dengan berbunga-bunga. Tapi pengirimnya… Sender : Akhwat
+6281349696xxx
Senyum tergurat memudar. Tarikan napas panjang. Kecewa, bukan dari dia. Ringtone-nya berbunyi lagi.
“Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti.” Sender : Ikhwan +628179823xxx
Dia! Semburat jingga pagi jadi lebih indah berlipat kali. Senyumnya mengembang lagi. Dan bunga-bunga itu mekar-lah pula.
Cerita di atas tadi selurik gerak hati seorang akhwat di negeri antah
berantah yang sangat dekat dengan kita. Gerak hati yang mungkin pernah
bersemayam di dada kita juga. Bisa jadi kita mengangguk-angguk tertawa
kecil atau berceletuk pelan, “Seperti aku nih,” saat membacanya. Hayo…
ngaku! He he…
Mari kita cermati fragmen terakhir dari cerita
tadi. Kalimat sms keduanya persis sama, yang intinya mengucapkan dan
mendoakan atas hari lahir (mungkin mencontek dari sumber yang sama
hehe…). Sms sama tapi berhasil menimbulkan rasa yang jelas berbeda.
Karena memang ternyata lebih berarti bagi si akhwat adalah pengirimnya,
bukan apa yang dikatakannya.
Namun sebenarnya, apakah Allah
membedakan doa laki-laki dan perempuan? Mengapa menjadi lebih bahagia
saat si Gagah yang mendoakan?
Konon, cerita tadi terus berlanjut.
Suatu hari yang cerah, sang akhwat mendapat kiriman dari si ikhwan itu.
Sebuah kartu biru yang sangat cantik. Tapi sayang, isinya tidak
secantik itu. Menghancurkan hati akhwat menjadi berkeping-keping tak
berbentuk lagi. Kartu biru itu adalah kartu undangan pernikahan si
ikhwan. Dengan akhwat lain, tentu saja. Berbagai Tanya ditelannya.
Mengapa dia menikah dengan akhwat lain? Bukankah dia sering mengirim sms
padaku? Bukankah dia sering me-miscall ku untuk qiyamull lail? Bukankah
dia ingat hari lahirku? Bukankah dia suka padaku? Mengapa…mengapa…
Dan air mata berjatuhan di atas bantal yang diam. Teman, jangan bilang,
ya… dia hanya tidak tahu, ikhwan itu juga mengirimkan sms, miscall,
mengucapkan selamat hari lahir dan bersikap yang sama ke berpuluh akhwat
lainnya!
Ironis. Sedih, tapi menggelikan, menggelikan tapi
menyedihkan. Sekarang siapa yang bisa disalahkan? Akhwat memang
seyogiyanya menyadari dari awal, sms-sms yang terasa indah itu bukan
tanda ikatan yang punya kekuatan apa-apa. Siapa yang menjamin bahwa
ikhwan itu ingin menikahinya? Bila ia berharap, maka harapanlah yang
akan menyuarakan penderitaan itu lebih nyaring.
Tetapi para
ikhwan juga tak bisa lari dari tanggung jawab ini. Allau’alam apapun
niatnya, semurni apapun itu, ingatlah, sms melibatkan dua orang,
pengirim dan penerima. Putih si pengirim, tak menjamin putihnya juga si
penerima. Bisa jadi ia akan berwarna merah muda. Merah muda di suatu
tempat di hati atau menjadi rona di pipi yang tak akan bisa
disembunyikan di depan Allah.
Bagi perempuan, sms-sms dan
bentuk perhatian sejenis dari laki-laki bisa menimbulkan rasa yang sama
bentuknya dengan senyuman, dan daya tarik fisik perempuan lainnya bagi
laki-laki.
Menimbulkan sensasi yang sama. Ketika perempuan
bertanya berbagai masalah pribadinya padamu, seringkali bukan solusi
yang ingin dicari utamanya. Melainkan dirimu. Ya, sebenarnya perempuan
ingin tahu pendapatmu tentang dia, apakah dirimu memperhatikannya,
bagaimana caramu memandang dirinya. Dirimu, dirimu, dan dirimu… dan kami
–kaum hawa- sayangnya, juga memiliki percaya diri yang berlebihan, atau
bisa dibahasakan lain dengan ‘mudah Ge-Er’. Jadi, tolong hati-hati
dengan perhatianmu itu. PIKIRKAN baik-baik . . .
***
Ada saatnya. Ya, ada saatnya nanti handphone kita dihiasi sms-sms
romantis. Sms-sms yang walaupun hurufnya berwarna hitam semua, tapi
tetap bernadakan merah muda. Untuk seseorang dan dari seseorang yang
sudah dihalalkan kita berbagi hidup, dan segala kata cinta di alam
semesta.
Cinta yang bermuara pada penciptaNya. Cinta dalam Cinta. Bersabarlah untuk indah itu.
“Ummi, abi lagi ngisi ta’lim di kampus pelangi. Di depan abi ada beribu
bidadari-bidadari berjilbab rapi, tapi tak ada yang secantik bidadariku
di istana Baiti Jannati. Miss u my sweety.”
“Abi, yang teguh ya, pangeranku…rumah ini terasa gersang tanpa teduh wajahmu. Luv ya”
-------------------
(●̮̮̃•̃) (●̮̮̃•̃)
/█\ ♥/█\ Smile
Perasaan itu fitrah, ga ada yang salah tapi kembali bagaimana kita mengelolahnya. Jangan sampai setan bermain pada gejolak yang ada dan memanahkan beribu bara api ke hati kita. sesuatu yang sederhana menjadi sangat luar biasa. Jangan pernah serahkan cinta sebelum mitsaqan ghalizha itu diazzamkan. Ahhh, Saya bukan orang yang pandai untuk menguraikan cinta..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar