Minggu, 21 April 2013

Telunjuk Bunda

"Ahhh, aku takut itu telunjuk bunda, bunda jangan marah-marah sama aku.." teriak nia saat ia melihat ada orang yang sedang mengangkat telunjuk. Orang tersebut bukanlah bundanya, tapi nia mengalami pobia dengan telunjuk. Ia akan histeris ketakutan saat melihat orang yang mengangkat telunjuk atau mata yang melotot. Lebih menyedihkan lagi sumber ketakutan itu adalah bundanya.

Ibu mana yang tak menyayangi anak, mencintai, mengasihi.. tapi terkadang kita tak sadar dengan metode yang kita berikan untuk mendidik anak-anak kita. Tak jarang kata-kata keras nan menjatuhkan meluncur dari bibir saat melihat tingkah kreatif anak, tak jarang telunjuk sakti kita menunjuk-nunjuknya saat kita sedang menasehatinya, tak jarang tangan kita mendarat ketubuhnya dalam bentuk cubitan,pukulan... Kita katakan itu pelajaran buat anak kita, tapi tidak bunda itu adalah rekaman trauma yang membekas dihati anak kita, ia tak pernah bercerita tapi itu tersimpan rapi, rapi sekali hingga ada ketakutan dalam diri hal itupun yang akan ia lakukan pada anak-anaknya nanti. Atau ia akan menjelma seperti nia yang ketakutan pada telunjuk bundanya sendiri dan lebih parahnya lagi, ibu bukan sosok malaikat dalam hidupnya tapi monster yang menghalangi gerak langkahnya.



( Apa anak ini nakal bunda? )

 Menurut saya anak ini tidak nakal, dia hanya mengeksplorasi rasa ingin tahunya akan sesuatu. Dia penasaran dengan apa yang dia lihat. Apa rasa ingin tahunya itu nakal? seharusnya bukan kata jangan yang keluar dari bibir kita tapi memberi pemahaman yang mereka lihat itu apa? fungsinya apa? kita lah sebagai tempat pertama yang menjadi sumber jawaban atas apa yang mereka lihat, rasa dan dengarkan.



( Apakah anak ini nakal bunda ? )

Menurut saya tidak bunda, dia hanya menyalurkan imajinasi dan kreatifitasnya. membayangkan menjadi superhero yang ia lihat dilayar kaca.  Anak itu tidak ada tercipta nakal bunda, anak pada fitrahnya suci. bersih. Kitalah yang memiliki tugas untuk mengukirnya, kitalah yang memiliki andil besar membentuk kepribadiannya. Yuk merubah mindset kita dalam mendidik anak? mendidik dengan cinta, kasih, rasa nyaman serta melindungi. Agar anak-anak kita tubuh menjadi anaknya soleh, kuat, cerdas, penyayang dan tubuh dalam dirinya energi positif yang akan menjadikan dia manusia seutuhnya yang akan bermanfaat bagi orang lain terutama menjadi hamba yang taat pada Tuhannya.

Saya mungkin belum menjadi seorang ibu, pengalaman saya mungkin sangatlah sedikit. Tapi dihati saya yang paling dalam, saya ingin yang terbaik untuk anak-anak saya nanti, menjadi tempat pertama ia mengenal Allah,  gudang ilmu tempat mereka bertanya, pelukkan hangat yang melindungi mereka, prilaku yang bisa menjadi contoh, kata bijak yang membangun mereka, koki terbaik yang masakannya tak terlupakan. dan Banyak lagi yang harus saya pelajari.  Setiap mengingat anak-anak saya nanti, betapa rindu ini menyeruak dihati, betapa saya ingin merasakan proses indah bersama mereka.. saat 9bulan mereka bersemayam dirahim dengan segala pola pertumbuhan mereka disana, saat mereka terlahir didunia, saat bulan-bulan pertama ia meghirup udara dunia, saat tahun-tahun pertama ia menginjakan kaki dibumi, saat ia terus tumbuh dan tumbuh bahkan saat proses kehidupannya harus bersama orang lain dan membangun rumah cintanya... Melihat ilmu saya yang masih sedikit saya sering ketakutan,ahhh.... Mungkin membaca teori, atau mendengar terasa mudah tapi pada aplikasinya tidaklah mudah. Perlu energi besar, sabar dan petunjuk dariNya. Ya Rabb, kuserahkan anak-anakku padaMu... Bi A'yunina Wa Wahyina.

Ibu diciptakan sebagai tempat menebar kebaikan dihati-hati anaknya, menebar cinta, menebar kasih, menebar pengalaman untuk kebermanfaatan terutama menebar iman yang kokoh. Ibu, surga itu ditelapak kakimu, maka jangan pernah sia-siakan itu. Cintai itu ada saat kita membersamai orang yang kita cintai, ia tumbuh menjadi diri yang lebih baik,,, karena cinta adalah membangun, membentuk, membersamai dengan semangat bukan mundur, jatuh ataupun luput.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar