Sebenarnya aku malu, menuliskan ini.. ada rona merah jambu
bertahta dipipi, Saat bait-bait tulisan
ini mengalir dalam tuts-tuts keyboardku. Ehmmm, sebuah paragraf panjang yang
kutulisnya, dengan tarikan nafas yang amat panjang. Tiba-tiba jantungku
berdegup kencang tak semelodi dengan harmoni instrument ketika cinta bertasbih yang sengaja kuputar untuk mengharukan
suasana agar ku bisa masuk dan meresapinya
Kumulai dengan keterbatasanku,
Apakabar pria peradabanku?
Kabar imanmu?
Ragamu?
Ilmumu?
Mimpi-mimpimu?
Semoga kau disana baik-baik saja, dengan berjuta doa
kutaburkan disetiap waktu penghambaanku agar kau diberi kesehatan iman, fisik,
dan segala terbaik untukmu. Aku disini baik-baik saja, sedang terseok-seok
memperbaiki diri agar pantas mendampingimu.. Agar bidadari cemburu padaku, saat
tanganmu mengenggam tanganku sebab ada kalimat syukur pada Allah karena kau dikaruniai
istri soleha…
Cinta, tau kah kau bahwa terkadang rindu ini berlari-lari
dihatiku, merindukan kau datang disini melabuhkanku pada untaian cinta yang
sempurnakan penghambaan kita padaNya.
Tapi adakalanya aku takut, kadang tak sengaja ku teteskan airmata, saat
melihat diri ini yang masih penuh kekurangan. Aku takut cinta, saat aku tak
bisa membuatmu utuh atau bahkan aku jadi penghalang kau terbang tinggi menuju
tangga kesuksesan. Aku takut tak bisa
jadi ibu terbaik untuk anak-anak kita. Semoga itu tak terjadi cinta atau itu
hanya rasa takutku saja, karena akan ku kayuh dayung pelajaran penuh hikmah
dari perempuan peradaban yang dampingi pria peradaban serta Bunda yang lahirkan
anak-anak keemasan. Semoga aku bisa belajar karena hadirku dalam hidupmu bukan
mematahkan impianmu tapi saling melejitkan diri menjadi manusia yang lebih
bermanfaat.
Cinta, banyaklah kita belajar dari orang-orang terdahulu
yang rumah tangganya dipuji-puji dalam surat cintaNya, meresapinya agar rumah
tangga kita bercahaya serta lahir anak-anak peradaban yang bisa ukir cita dan
perubahan. Seperti keluarga Ibrahim, bapaknya para nabi, keluarga Imran yang
lahirkan perempuan mulia yang disebutkan Rasulullah Perempuan sempurna,Mariyam
namanya, dan Terutama belajar dari keluarga Manusia terbaik didunia Rasul
kita,Muhammad saw. Banyaklah kita belajar dari keluarga yang jadi sebuah
peringatan, agar aku tak seperti istri-istri para nabi yang dibinasakan atau
kah kau yang menjadi Fir’aun, karena aku berada di istana tapi rasanya seperti
neraka.
Aku tak bisa berkata lagi, aku tersekat oleh bulir-bulir air
mata yang bersiap tumpah dipipiku… Dalam penantianku ada sedikit pesan yang
kutitipkan dalam perjalan kita..
Belajarlah dalam
kesabaran Ayub
Berjalanlah bersama
keberanian Ibrahim
Bacalah semesta
melalui kecerdasan Sulaiman
Taklukan angkuh dunia
dengan ketangguhan Musa
Himpunlah semua
kebijksanaan Yakub
Katakanlah kebenaran
semerdu suara Daud
Kasihilah sesama
sepenuh cinta Isa
Lalu masukilah
kebeningan dirimu
Bersama ketakwaan
Muhammad
(Fahd Djibran
dalam Perjalanan Rasa)
Banyak yang bisa kita pelajari dari orang-orang terpilih ini
cinta, tak hanya dirimu tapi juga aku.. Kapan ya, kita bisa bertemu? Bulan
depan kah? Bulan-bulan depan lagi? Tahun depan? Atau tahun-tahun depan lagi?
Semoga tak lama dan ku yakin pertemuan itu adalah sebaik-baiknya pertemuan.
Karena Allah tau waktu yang terbaik untuk pertemuan kita,,, rajutkan mimpi dan
asa menuju surga dan keridhoanNya.
“Menikah, bagi mereka
semata karena keinginan untuk menyempurnakan perintah Allah saw, sebagai bagian
dari tarbiyah yang mereka jalani. Tetapi, mungkin Allah memberi media tarbiyah
yang lain untuk mereka. Saya kira, penantian pun menjadi bagian dari tarbiyah.
Allah menguji kualitas iman mereka. Toh, kepasrahan akan berakhir dengan
kebahagiaan meski tak dnikmatinya di dunia.” (Kusmarwanti dalam Catatan
Seorang ukhti).
Jujur aku takut menuliskannya, tapi itu adalah bagian dari
takdir dan tarbiyah. Dan akupun tak tau berujung seperti apakah aku nanti,
apakah dipertemukanmu di dunia? Atau pertemuan yang hanya berlangsung
disurgaNya? Tapi kuberharap dapat bergandengan tangan denganmu didunia dan
surgaNya.
Kita kembali luruskan niat cinta, perbaikan yang kita
lakukan saat ini tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan pasangan yang terbaik
tapi agar Allah lebih mencintai kita. Bukankah Allah adalah segala-galanya.
Bahkan ku mencintaimu pun karenaNya.
(Untuk ayah anak-anakku, yang namanya tlah tertulis di Lauhul mahfudz untukku…)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar