Saat Fatih dalam pengobatan, sambil membersihkan
luka dikepalanya dengan air hangat saya sampaikan kisah Abu Bakar Ash Shidiq
yang bagian tubuhnya terkena gigitan serangga karena melindungi Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi
wassalam saat menutupi lubang-lubang binatang di gua tsur. Kemudian saat
Nabi mengetahui bahwa Abu Bakar terluka, beliau katakan “Apa yang terjadi
denganmu wahai Abu Bakar ?”, Abu Bakar menjawab “Demi ayah dan ibuku
menjadi jaminanmu, aku digigit binatang.” Rasulullah Shalallahu'alaihi
wassalam meludahi bagian yang digigit serangga sehingga hilang rasa sakitnya.
Setelah itu saya minta fatih menempelkan ludahnya di bagian yang terluka. Sambil menempelkan air ludahnya saya sampaikan “dahulu ada sahabat Nabi yang menyembuhkan penyakit seorang Raja hanya dengan membaca Al Fatihah, kemudian Raja itu sembuh dari penyakitnya.” Sambil mengusap bagian yang terluka saya bacakan Al Fatihah dan saya katakan “karena semua penyakit itu Allah yang sembuhkan cinta, dan Allah akan sembuhkan luka fatih. Fatih percaya Allah akan sembuhkan ?” dia jawab dengan mengangguk tanda percaya.
Setelah luka di kepalanya sudah membaik yaitu
atas izin Allah rasa sakit sudah berkurang, kemudian saya tanya “sudah
enakan cinta ?”, Fatih menjawab “udah”. Dan inilah momentum itu,
saya katakan “Subhanallah. tuh kan benarkan, Allah langsung sembuhkan luka fatih.”dan
saat itu fatih tersenyum seakan dia bersyukur dan berbahagia bahwa Allah
bersamanya.
Kejadian semacam ini akan banyak kita temukan
saat berinteraksi kepada anak-anak. Kepala terbentur benda, kaki, tangan,
dengkul berdarah karena terjatuh, pusing atau mual-mual karena terlalu
banyak makan, dan sebagainya. Dari semua peristiwa yang ditemukan saat mendidik
mereka, yang menjadi perbedaan adalah cara atau sikap kita memanfaatkan
momentum disetiap peristiwa. Saat kondisi sakit adalah momentum untuk orangtua
memberikan nasihat dan memberikan sentuhan iman kepada anak. Saat
mengobati rasa sakitnya, menjaganya dan menemaninya saat terbaring, dan lain
sebagainya. Karena saat itulah hati-hati manusia menjadi lembut, Mudah
menerima nasihat. Maka anakpun bisa lebih lembut lagi hatinya karena sakit.
Betapa tidak, hati mereka masih dipenuhi dengan rasa kelembutan dan kesediaan
untuk menerima nasihat.
Hal itupun yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu'alaihi
wassalam saat menjenguk seorang anak Yahudi yang sedang sakit. Anak itu
biasa melayani Nabi Shalallahu'alaihi wassalam.
Beliau datang kerumahnya dan duduk disamping
kepalanya. Rasulullah berkata kepadanya, “islamlah!” maka dia
memandang ke arah ayahnya yang berada di dekatnya. Ayahnya berkata “ikutilah
Abul Qasim ( yakni Rasulullah) !”. anak itupun menyatakan keislamannya,
maka Rasulullah keluar bersabda, “Alhamdulillah, Allah telah
menyelamatkannya dari api neraka.” (HR. Bukhari dari Anas)
Muhammad Ibnu Suwaid saat mengomentari hadits ini dalam bukunya Manhaj Tarbiyah Nabawiyah Lith Thifli, beliau menyatakan “Perhatikanlah ! bagaimana Rasulullah Shalallahu'alaihi wassalam. Mengajak anak Yahudi itu masuk Islam. Selama ini beliau tidak melakukannya padahal anak itu selalu melayani beliau. Baru ketika ada waktu yang tepat, yakni saat dia sakit beliau mengajaknya untuk masuk Islam.”
Subhanallah, beginilah Nabi Shalallahu'alaihi wassalam
mengajari kepada kita untuk mencari waktu yang tepat dalam menasihati atau
bahkan mengajak kebaikan kepada seorang anak. Bayangkan, seharusnya Nabi bisa
saja menasihati atau mengajak anak itu masuk kedalam Agama Islam di
kesehariannya. Namun Nabi memilih momentum saat anak itu sakit. ketika itulah
hati manusia menjadi lembut dan hasilnya anak itu masuk Islam.
Banyak cara untuk memberikan nasihat kepada anak saat sakit, yang paling
terpenting adalah nasihat itu keluar dari keimanan dan ketulusan orang tua dan
rasakan hasilnya.
Cinta,
Bunda mencintaimu hari ini, esok dan seterusnya..
Bunda,
harus banyak belajar nak.. banyak sekali…
Semoga
Allah mempertemukan kita ya cinta
Allah,
terima kasih atas nikmat ini
Bahwa
Kau tlah titipkan rahim ditubuhku,
Bahwa
Kau berikan aku kesadaran nikmat menuntut ilmu,
Bahwa
Kau berikan aku kesadaran untuk menjaga diri,
Bahwa
Kau berikan aku kesadaran bahwa anak yang lahir dari rahimku nanti,
bukan
milkiku tapi milikMu,
sebuah
titipan yang harus ku jaga agar ia dapat tubuh menjadi generasi soleh soleha,
anak-anak
peradaban yang akan mengagungkan namaMu
Bila
Allah takdirkan bahwa aku tak bisa menjadi bunda,
Ini
mungkin salah satu bentuk cintaMu dan
rencana indahMu,
Maka
saksikan, Allah…
Hamba
sedang memantaskan diri agar Surga ada ditelapak kaki hamba…
Peluk
sayang bunda, untuk insan yang diridukan Penghuni Surga
Tulisan aslinya bisa dibaca di http://cahayasiroh.com/index.php?option=com_content&view=article&id=593:menasihati-anak-saat-sakit&catid=65:manajemen&Itemid=232
…. Selamat mencoba ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar