Oleh : Ustadz Rahmat Abdullah
Pagi yang indah selalu dihadirkan Allah SWT untuk kita yang memiliki
keterpautan hati dan bisa merasakan betapa besar Cinta-Nya pada
hambanya. Mata yang masih bisa melihat Keindahan itu, udara yang masih
bisa kita hirup, aliran darah dan denyut nadi yang masih bisa kita
rasakan, menunjukkan jika kita masih diberi eksistensi oleh-Nya.
Rasulullah SAW yang melihat umatnya dari syurga Firdaus-Nya, mendoakan
kita yang tak kenal letih memperjuangkan risalah dakwah untuk kejayaan
Islam di Bumi Allah ini. Semoga kelak kita semua dikumpulkan bersama
Baginda Rasul dan para keluarga serta sahabat.
Terkadang kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan
potensi kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan
kesalahan, keburukan, maupun kelalaian. Namun ternyata sikap kita yang
kita anggap kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita
anggap salah. Banyak orang yang menginginkan orang lain berubah, tapi
ternyata yang diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering
melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang
sama, ternyata keluarganya ‘babak belur’, di kampus tak disukai, di
lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya terlampau muluk.
Jangankan mengubah Indonesia, mengubah keluarga sendiri saja tidak
mampu. Banyak yang menginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa
merubah sikap adik saja tidak sanggup. Jawabnya adalah: kita tidak
pernah punya waktu yang memadai untuk bersungguh-sungguh mengubah diri
sendiri. Tentu saja, jawaban ini tidak mutlak benar. Tapi jawaban ini
perlu diingat baik-baik. Siapa pun yang bercita-cita besar, rahasianya
adalah perubahan diri sendiri. Ingin mengubah Indonesia, caranya adalah
ubah saja diri sendiri. Betapapun kuatnya keinginan kita untuk mengubah
orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri sendiri, semua itu
menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan menjadi bahan
tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri. Orang di sekitar kita
akan menyaksikan kesesuaian ucapan dengan tindakan kita.
Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai
egois. Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu
hasilnya juga hanya untuk diri sendiri. Tapi yang dimaksud di sini
adalah memikirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan
sungguh-sungguh untuk memperbaiki yang lebih luas. Perumpamaan yang
lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita membangun pondasi
untuk membuat rumah. Apalah artinya kita memikirkan dinding, memikirkan
genteng, memikirkan tiang yang kokoh, akan tetapi pondasinya tidak
pernah kita bangun. Jadi yang merupakan titik kelemahan manusia adalah
lemahnya kesungguhan untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan
keberanian melihat kekurangan diri.
Pemimpin mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian
mengubah dirinya. Orang sukses mana pun bakal rubuh kalau dia tidak
punya keberanian untuk mengubah dirinya. Kata kuncinya adalah
keberanian. Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu mudah,
tapi, tidak sembarang orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri.
Ini hanya milik orang-orang yang sukses sejati. Orang yang berani
membuka kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang berani
membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan
oleh orang yang tidak punya apa-apa sekali pun. Tapi, kalau ada orang
yang berani melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang kekurangan
itu secara sistematis, lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan
dirinya, inilah calon orang besar.
Mengubah diri dengan sadar, itu juga mengubah orang lain. Walaupun
dia tidak berucap sepatah kata pun untuk perubahan itu, perbuatannya
sudah menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah,
kegigihan kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat dan
merasakannya. Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak
akan spontan dirasakan. Tapi percayalah, itu akan membekas dalam benak
orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang simpati dan terdorong
untuk juga melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus
berimbas, dan akhirnya semakin besar seperti bola salju. Perubahan
bergulir semakin besar.
Jadi kalau ada orang yang bertanya tentang sulitnya mengubah
keluarga, sulitnya mengubah anak, jawabannya dalam diri orang itu
sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau
berubah. Kalau kita sebagai ustadz, atau kyai, jangan banyak menyalahkan
santrinya. Tanya dulu diri sendiri. Kalau kita sebagai pemimpin, jangan
banyak menyalahkan bawahannya, lihat dulu diri sendiri seperti apa.
Kalau kita sebagai pemimpin negara, jangan banyak menyalahkan rakyatnya.
Lebih baik para penyelenggara negara gigih memperbaiki diri sehingga
bisa menjadi teladan. Insya Allah, walaupun tanpa banyak berkata, dia
akan membuat perubahan cepat terasa, jika berani memperbaiki diri. Itu
lebih baik dibanding banyak berkata, tapi tanpa keberanian menjadi suri
teladan. Jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik bersungguh-sungguh
memperbaiki diri sendiri. Jadikan perkataan makin halus, sikap makin
mulia, etos kerja makin sungguh-sungguh, ibadah kian tangguh. Ini akan
disaksikan orang.
Membicarakan dalil itu suatu kebaikan. Tapi pembicaraan itu akan
menjadi bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang
dibicarakan. Jauh lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi
berbuat sesuai dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi
bukti dalil tersebut. Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang sadar
bahwa kesuksesan diawali dari keberanian melihat kekurangan diri
sendiri. Jadi teringat kutipan kata bijak dari sebuah buku seperti ini:
Jadilah kau sedemikian kuat sehingga tidak ada yang dapat mengganggu kedamaian pikiranmu
Lihatlah sisi yang menyenangkan dari setiap hal
Senyumlah pada setiap orang
Gunakanlah waktumu sebanyak mungkin untuk meningkatkan kemampuanmu sehingga kau tak punya waktu lagi untuk mengkritik orang lain
Jadilah kau terlalu besar untuk khawatir dan terlalu mulia untuk meluapkan kemarahan
Satu-satunya tempat dimana kita dapat memperoleh keberhasilan tanpa kerja keras adalah hanya dalam kamus.
Di awal tahun, awal bulan dan awal minggu (Jum’at adalah awal
minggu bagi umat Islam), ayo kita semua mulai memperbaiki diri. Suatu
karya besar selalu diciptakan oleh orang-orang yang berfikir besar.
Namun perubahan besar pasti dimulai dari satu langkah kecil, dan itu
dimulai dari diri kita masing-masing.
Wallahualam bishowab
Didapat dari :
http://iinparlina.wordpress.com/tsaqafah-islamiyah/tulisan-tulisan-ustad-rahmat-abdullah-yang-saya-dokumentasikan/ciri-orang-besar-memulai/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar